Restrukturisasi Kredit Gerus Likuiditas dan Pendapatan Bank

Restrukturisasi Kredit Gerus Likuiditas dan Pendapatan Bank

Jakarta – Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, (BRI) Sunarso memandang kebijakan restrukturisasi kredit akan memberikan dampak negatif terhadap kebutuhan likuiditas perbankan maupun pendapatan.

Sunarso menjelaskan, dalam menjalankan relaksasi kredit debitur akan melakukan penundaan pembayaran pokok kredit dan berakibat pada berkurangnya likuiditas. Selanjutnya, untuk pembayaran bunga dengan adanya relaksasi maka akan ada penundaan dan berpengaruh pada pendapatan.

“Pembayaran pokok kredit jadi tertunda maka akibatnya likuditas terpengaruh. Lalu yang seharusnya bayar bunga, ditunda dan ini terpengaruh kepada income. Dua itu dampak restrukturisasi pada perbankan,” ungkap Sunarso dalam video conference, di Jakarta, Kamis 14 Mei 2020.

Meski begitu, pihaknya akan terus mencari strategi untuk menambahkan likuiditas terhadap berkurangnya angsuran saat ini. BRI mengaku telah menyiapkan dua skema utama yakni mencari pendanaan secara mandiri serta penempatan dana pemerintah untuk mengganti likuiditas.

“Kebijakannya sedang diatur, makanya nanti akan ada bank peserta, bank pelaksana, yang diskusinya masih terus berjalan. Harapannya semoga pemerintah menempatkan dana di perbankan yang melakukan restrukturisasi,” sambungnya.

Meskipun demikian, Sunarso juga menegaskan bahwa BRI telah berhasil memperoleh komitmen pinjaman luar negeri sebesar US$1 miliar pada tahun 2020 untuk mengatasi permasalahan likuiditas. Pinjaman tersebut diperoleh dalam skema club loan yang berasal dari 10 bank regional Asia, Eropa, dan Amerika.

Tujuan dari fasilitas pinjaman tersebut akan digunakan untuk memperkuat struktur liabilities dan meningkatkan net stable funding ratio, menjaga likuiditas valas dan menyiapkan sumber pendanaan untuk ekspansi kredit.

Sebagai informasi saja, untuk rasio likuiditas BRI masih cukup stabil dan terkendali. Tercatat Loan To Deposit Ratio (LDR) BRI hingga akhir Maret 2020 yakni 90,45 persen dengan rasio CAR 18,56 persen. Sedangkan untuk aset BRI, hingga triwulan I-2020 tercatat sebesar Rp1.358,98 triliun. (*)

Editor: Rezkiana Np

Related Posts

News Update

Top News