Anggota Komisi VI DPR RI Nevi Zuairina (Foto: DPR)
Poin Penting
Jakarta – Anggota Komisi VI DPR RI, Nevi Zuairina, menyambut baik rencana Presiden RI Prabowo Subianto untuk menata dan mengurangi jumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Ia menilai, langkah tersebut sejalan dengan semangat efisiensi, sinergi antarperusahaan negara, dan peningkatan daya saing BUMN agar lebih sehat dan profesional.
“Sudah saatnya BUMN kita sederhanakan dari segi jumlah agar fokus pada sektor strategis dan mampu bersaing secara global. Banyak BUMN yang tumpang tindih fungsinya, bahkan terus merugi. Restrukturisasi menjadi langkah tepat untuk mengurangi beban negara dan memperkuat tata kelola,” ujar Nevi dalam keterangan tertulis, dikutip Rabu, 21 Oktober 2025.
Baca juga : Sidang Lanjutan Dugaan Kartel Pindar: KPPU Minta Keterangan Mekanisme Penetapan Bunga AFPI
Politisi Fraksi PKS tersebut menilai, penataan jumlah BUMN secara menyeluruh akan mendorong efisiensi operasional dan finansial, memperjelas tugas dan fungsi antarentitas, dan meningkatkan kepercayaan investor melalui penerapan prinsip Good Corporate Governance (GCG).
Lebih lanjut, Nevi menegaskan bahwa negara cukup mempertahankan BUMN yang berperan strategis di bidang energi, pertahanan, kesehatan, dan infrastruktur vital, sementara sektor non-strategis dapat dikelola oleh pihak swasta.
Meski demikian, legislator asal Sumatra Barat II ini mengingatkan agar kebijakan tersebut dilakukan secara hati-hati dan transparan.
“Risiko pemutusan hubungan kerja (PHK), hilangnya layanan publik, hingga potensi kerugian aset negara harus diantisipasi. Pemerintah wajib menyiapkan kompensasi dan reskilling bagi pekerja yang terdampak,” tegasnya.
Nevi juga mengingatkan agar proses merger, likuidasi, atau konsolidasi dilakukan secara transparan dan akuntabel.
Komisi VI DPR RI, lanjutnya, akan mengawasi penuh kebijakan ini agar tidak terjadi penyalahgunaan kewenangan atau praktik jual murah aset negara.
Baca juga: DPR Dukung Purbaya Tolak Pakai APBN untuk Utang KCIC, Desak Audit Pembengkakan Biaya
Ia mencontohkan beberapa BUMN bermasalah seperti PT Kertas Leces, PT Industri Sandang Nusantara, dan PT Industri Gelas, yang perlu penanganan tegas. Sementara itu, BUMN besar seperti Waskita Karya, Merpati, Biofarma, dan Krakatau Steel harus dikelola secara cermat karena menyangkut pelayanan publik dan penugasan pemerintah.
“Saya mendukung langkah efisiensi ini selama tujuannya untuk memperkuat ekonomi nasional, memperbaiki tata kelola, dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Namun, semua prosesnya harus transparan, adil, dan berpihak pada kepentingan publik,” pungkasnya. (*)
Editor: Yulian Saputra
Poin Penting BRI membukukan laba bank only Rp45,44 triliun per November 2025, turun dari Rp50… Read More
Poin Penting Seluruh bank besar seperti BCA, BRI, Mandiri, BNI, dan BTN memastikan layanan perbankan… Read More
Poin Penting Bank Jateng membagikan dividen Rp1,12 triliun kepada Pemprov dan 35 kabupaten/kota di Jateng,… Read More
Poin Penting Perencanaan keuangan krusial bagi freelancer untuk mengelola arus kas, menyiapkan dana darurat, proteksi,… Read More
Poin Penting Pastikan kendaraan dan dokumen dalam kondisi lengkap dan prima, termasuk servis mesin, rem,… Read More
Bank Muamalat memberikan layanan “Pusat Bantuan” Muamalat DIN. Selain untuk pembayaran, pembelian, atau transfer, nasabah… Read More