Jakarta – Sebanyak 8 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bersinergi dalam mendirikan perusahaan pembiayaan yang bergerak dalam private investment fund. Perusahaan yang dinamakan PT Bandha Investasi Indonesia siap mendukung program pembangunan lewat pembiayaan infrastruktur. Tingginya biaya yang dibutuhkan untuk membangun infrastruktur menjadi salah satu alasan utama yang melatari didirikannya perusahaan ini.
Kedelapan BUMN tersebut adalah PT Bahana Kapital Investa, PT Danareksa Capital, PT Asuransi Jasa Raharja, PT Asuransi Kredit Indonesia, PT Asuransi Jasa Indonesia, PT ASABRI, Perum Jamkrindo, dan PT Taspen.
“BUMN di Indonesia punya peran sangat penting. Kita bertanggungjawab dalam meningkatkan kekayaan negara sekaligus mengentaskan kemiskinan. Itu termasuk dalam peran BUMN sebagai agen pembangunan. Biaya pembangunan infrastruktur kebutuhannya sangat tinggi. Maka tidak bisa hanya mengandalkan kemampuan pemerintah, tapi perlu juga partisipasi swasta dan investor. BUMN Fund harus menjadi kendaraan untuk menunjukkan bahwa kita bisa punya investment fund yang ter-manage dengan professional dan transparan. Sebab itu manajemennya harus betul-betul profesional,” kata Menteri BUMN Rini Soemarno usai penandatangan akta pendirian dan pengambilan serta penyetoran saham PT Bandha Investasi Indonesia di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis 28 Juni 2018.
Rini menekankan pentingnya perusahaan patungan tersebut membentuk manajemen yang baik dan solid. Bahkan, ia menyarankan agar jangan segan merekrut tenaga dari luar negeri bila dari dalam negeri belum tersedia SDM yang mumpuni.
Sementara, Komisaris PT Bahana Kapital Investa, Marciano Herman, salah satu BUMN yang menginisiasi perusahaan patungan ini berharap, PT Bandha Investasi Indonesia dapat mengakomodir para investor untuk menyuntik dana pada proyek infrastruktir di Indonesia.
“Dengan skema private investement fund, maka diharapkan dapat diakumulasikan dan dikoordinasikan secara masif,” timpalMarciano.
Perusahaan investasi tersebut diharapkan tak hanya menjadi wadah investasi, tapi juga katalisator dalam mengembangkan berbagai pendanaan investasi di Indonesia, khususnya BUMN.
Perusahaan patungan tersebut sangat fleksibel soal investasi. Bisa dalam bentuk portofolio efek, surat hutang, ekuitas, atau direct investment ke proyek-proyek. (Ari A)