Jakarta – Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) per 30 November 2023 mengalami penurunan sebesar 28,3 persen menjadi Rp10,5 triliun dari tahun 2022 yang mampu mencapai Rp14,7 triliun.
Kepala Divisi Riset BEI, Verdi Ikhwan, menyatakan bahwa, penurunan RNTH di sepanjang 2023 tersebut disebabkan oleh kondisi pandemi yang mulai mereda dan menyebabkan para investor ritel mulai memindahkan asetnya ke sektor rill dibandingkan pada pasar modal.
Baca juga: BEI Targetkan Rata-Rata Nilai Transaksi Harian Capai Rp12,25 Triliun di 2024
“Nah di tahun 2023 atau di awal 2022 itu sudah mulai berkurang begitu, sehingga ini menyebabkan aktivitas transaksinya turun, kenapa berkurang? Karena mereka itu tadi yang dulunya punya lebih banyak di rumah sekarang sudah banyak beraktivitas, jalan-jalan dan segala macem, sehingga uang mereka itu mulai dipindakan ke sektor-sektor yang rill,” ucap Verdi dalam Edukasi Wartawan Pasar Modal BEI di Jakarta, 13 Desember 2023.
Lebih lanjut, Verdi menambahkan bahwa, penurunan RNTH tersebut juga dipicu oleh tren tingkat suku bunga tinggi yang menyebabkan para investor ritel lebih banyak menempatkan asetnya di perbankan atau juga membeli obligasi pemerintah.
“Yang tidak kalah penting juga yang jadi penyebab adalah kita tahu di tahun ini juga tingkat suku bunga mulai tinggi, sehingga beberapa investor ritel itu juga banyak yang menempatkan di perbankan atau banyak juga yang membeli di ORI obligasi pemerintah,” imbuhnya.
Berdasarkan hal itu, frekuensi transaksi pun mengalami penurunan sebanyak 9,7 persen menjadi 1,17 juta saham per 30 November 2023, dar tahun 2022 yang mampu mencapai 1,3 juta saham.
Baca juga: OJK Targetkan Penghimpunan Dana di Pasar Modal 2024 Tembus Rp200 Triliun
“Kemudian volume itu juga mengalami penurunan dari 23,94 miliar lembar saham di tahun 2022 turun menjadi 19,1 miliar 2023 atau turunnya 20 persen,” ujar Verdi.
Meski volume, nilai, dan frekuensi mengalami penurunan, kapitalisasi pasar saham Indonesia justru mengalami pertumbuhan yang signifikan per 30 November 2023 menjadi Rp11.238 triliun dari Rp9.499 triliun di 2022 atau naik 18,3 persen.
“Jadi pertumbuhan ini mungkin juga disebabkan karena kita tahu ada penambahan emiten baru ada corporate action, mungkin juga ada kenaikan indeks dibandingkan tahun lalu,” tambahnya. (*)
Editor: Galih Pratama