Untuk kelima kalinya OCBC meluncurkan Financial Fitness Index, sebuah riset yang menggambarkan kondisi kesehatan finansial generasi muda Indonesia. OCBC Financial Fitness Index (FFI) 2025 menunjukkan adanya penurunan skor untuk pertama kalinya sejak empat tahun lalu yakni di angka 40,6 menurun tipis dari angka 41,25 pada 2024.
Jakarta – OCBC Financial Fitness Index (FFI) 2025 merilis riset teranyar mengenai skor kondisi kesehatan finansial generasi muda Indonesia. Untuk pertama kalinya sejak empat tahun lalu, tercatat terjadi penurunan skor di angka 40,60 persen.
Jumlah ini turun tipis dari 41,25 pada 2024. Turunnya skor dipicu oleh beberapa faktor seperti 89 persen responden yang menabung secara rutin (turun dari 92 persen), dan hanya 19 persen masyarakat yang menyatakan siap dengan dana darurat jika kehilangan pekerjaan, turun dari 25 persen tahun lalu.
Kemampuan mengelola utang tanpa jaminan dengan baik juga mengalami penurunan dari skor 97,28 ke 93,97.
“Penurunan skor FFI ini menjadi wake-up call bahwa di situasi ekonomi seperti apapun, masyarakat perlu mempertahankan kebiasaan finansial mereka yang baik seperti melakukan smart spending dan smart savings di kehidupan sehari-hari,” ujar Jeannette Erena Kristy Tampi, Marketing Communication Division Head OCBC dikutip Senin, 15 September 2025.
Menurutnya, dengan literasi keuangan yang tepat dan disiplin sederhana seperti menabung rutin dan mencatat pengeluaran, menyiapkan dana darurat, bijak kelola utang, dan melihat peluang investasi setiap orang bisa tetap FUNanciallyFIT.
Baca juga : Jurus OCBC NISP Tarik Investor China Dorong Akselerasi Sektor Manufaktur RI
Di satu sisi, FFI 2025 juga mencatat sinyal-sinyal positif di antaranya jumlah yang belum mencatat keuangan turun dari 81 persen ke 77 persen. Lalu, kepemilikan dana pensiun meningkat dari 25 persen ke 29 persen.
“Hal ini menunjukkan kesadaran jangka panjang mulai tumbuh, terutama pada generasi sandwich yang ingin memastikan masa depan keluarga tetap aman,” ujarnya.
Dalam FFI 2025, tercatat kepemilikan investasi kompleks seperti reksa dana, saham, hingga crypto juga naik dua kali lipat dari 2 persen ke 4 persen, terutama pada mereka yang sudah lebih paham soal manajemen risiko.
Peningkatan kepemilikan emas batangan dari 2 persen ke 6 persen, meski pemahaman tentang instrumen ini masih perlu ditingkatkan.
Dari sisi lifestyle, perilaku konsumtif masyarakat justru mulai terkendali sebab mereka yang mengaku sering menghabiskan uang demi mengikuti gaya hidup teman turun dari 80 persen ke 76 persen.
Artinya, meskipun angkanya masih tinggi, mereka sudah mulai sadar bahwa kesenangan bisa dicapai tanpa harus mengorbankan stabilitas finansial.
Baca juga : Lewat Cara Ini, OCBC Dorong Kesetaraan Gender di Lingkungan Kerja
Namun, mindset materialistik juga menguat di mana 40 persen responden menggambarkan “kesejahteraan” sebagai memiliki rumah mewah (naik dari 33 persen), dan 26 persen mengasosiasikannya dengan mobil mewah (naik dari 22 persen).
Sementara, Director Strategic Analytics & Insights NielsenIQ (NIQ) Indonesia Inggit Primadevi mengatakan, di sisi demografi, kelompok berpenghasilan di atas Rp40 juta justru mencatat peningkatan skor ke 59,95, naik dari 58,72 tahun lalu, memperlihatkan resiliensi mereka.
“Namun, kelompok middle income (Rp8-15 juta) mengalami penurunan ke 44,15, dan kelompok Rp5-8 juta turun ke 36,76. Tekanan juga paling terasa di usia 25–29 tahun baik yang belum ataupun sudah menikah, dengan skor 39,00, turun dari 40,27,” bebernya.
Inggit juga melihat adanya sisi positif dari fenomena saat ini yakni kehati-hatian lebih dalam perencanaan keuangan jangka panjang, karena peningkatan kepemilikan investasi jangka panjang berasal dari mereka yang sudah punya kebiasaan menabung secara rutin dan sudah memiliki dana darurat.
“Artinya, sebagian anak muda Indonesia yang sudah memiliki kebiasaan finansial dasar yang baik, terus mencari cara untuk lebih sehat finansial menyongsong masa depan,” pungkasnya. (*)
Editor: Galih Pratama
Poin Penting Menhut Raja Juli Antoni dikritik keras terkait banjir dan longsor di Sumatra, hingga… Read More
Poin Penting Roblox resmi ditunjuk DJP sebagai pemungut PPN PMSE, bersama empat perusahaan digital lainnya.… Read More
Poin Penting PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menekankan kolaborasi lintas sektor (pemerintah, dunia usaha, investor,… Read More
Poin Penting PT Phapros Tbk (PEHA) mencetak laba bersih Rp7,7 miliar per September 2025, berbalik… Read More
Poin Penting Unilever Indonesia membagikan dividen interim 2025 sebesar Rp3,30 triliun atau Rp87 per saham,… Read More
Poin Penting IFAC menekankan pentingnya kolaborasi regional untuk memperkuat profesi akuntansi di Asia Pasifik, termasuk… Read More