Poin Penting
- Penempatan kas negara Rp200 triliun dari BI ke perbankan, khususnya Himbara, berhasil memperkuat likuiditas dan menekan suku bunga deposito
- Penurunan suku bunga kredit diharapkan mendorong aktivitas bisnis lebih efisien dan memperkuat transmisi likuiditas ke sektor riil.
- Meski pertumbuhan uang primer (M0) sempat melambat menjadi 5 persen per 5 Desember 2025, Menkeu optimistis likuiditas akan kembali menguat hingga double digit menjelang akhir tahun.
Jakarta – Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengklaim bahwa kebijakan penempatan kas negara senilai Rp200 triliun telah berdampak terhadap penurunan suku bunga deposito, yang diyakini akan segera diikuti oleh penurunan suku bunga kredit.
Purbaya mengatakan kebijakan penempatan dana pemerintah dari Bank Indonesia ke sistem perbankan, khususnya himpunan bank milik negara (Himbara) sudah memperkuat likuiditas di sistem keuangan.
“Dampaknya telah terlihat dari penurunan signifikan suku bunga deposito, yang kami yakini akan segera diikuti suku bunga kredit lebih signifikan lagi,” ujar Purbaya dalam APBN KiTa, Kamis, 18 Desember 2025.
Baca juga: Purbaya Lapor APBN Defisit Rp560,3 Triliun di November 2025
Dia menilai, penurunan suku bunga kredit dapat mendorong aktivitas bisnis yang lebih cost-efficient dan memperkuat transmisi penguatan likuiditas ke sektor riil.
Mantan Bos LPS ini menyatakan, ke depannya uang beredar perlu terus ditingkatkan melalui penguatan efektivitas ekspansi likuiditas moneter guna mendorong pertumbuhan ekonomi.
Sebagaimana diketahui, pada September 2025 uang primer (M0) tumbuh sebesar 13 persen, namun data terkahir per 5 Desember 2025 pertumbuhan M0 kembali melambat menjadi sebesar 5 persen.
Baca juga: Efek Dana Pemerintah di Himbara Tak Bisa Instan Dorong Kredit, Ini Penjelasan Ekonom
Meski begitu, Purbaya optimis menjelang akhir Desember 2025 likuiditas di sistem keuangan akan bertumbuh lagi. Seiring dengan koordinasi Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia yang semakin kuat dibandingkan sebelumnya. Bahkan, Purbaya ‘pede’ prospek perekonomian Indonesia ke depan akan semakin baik lagi.
“Jadi kemungkinan double digit lagi (pertumbuhan M0), jadi likuidtas di sistem akan membaik, ekonomi akan lebih membaik lagi kedepan. Jadi reaksi September, Oktober kemarin yang akan euphoria akan kembali lagi di sistem,” ungkapnya. (*)
Editor: Galih Pratama









