Jakarta – Alternate Chair of ASEAN-Business Advisory Council (BAC), Bernardino Vega, menuturkan bahwa Indonesia dan Australia memiliki potensi besar yang bisa saling melengkapi satu sama lainnya melalui kolaborasi yang erat.
Ia menerangkan bahwa setidaknya ada tiga sektor yang menjadi objek kerja sama antara Indonesia dan Australia ke depan. Ketiga sektor itu, yakni mineral energi untuk ekosistem kendaraan listrik atau electric vehicle (EV), pendidikan, dan teknologi.
“Indonesia-Australia telah mengangkat beberapa hal, terutama yang disebut mineral strategic. Jadi, bagaimana kita bisa bekerja sama dengan Australia dalam meningkatkan industri EV kita. Mata rantai EV ini dimulai dari bahan bakunya yang dimiliki Australia, bekerja sama dengan Indonesia, hingga ke pabrik otomotifnya. Ini yang kita sebut mineral alliance antara Indonesia dan Australia,” ucap Bernardino seusai acara RCEP Roundtable Discussion yang adalah rangkaian dari acara ASEAN Business and Investment Summit 2023 di Jakarta, Rabu, 6 September 2023.
Baca juga: Indonesia dan Myanmar Sepakati Kerja Sama di Lima Sektor Ini
Sebagaimana diketahui, Indonesia adalah produsen terbesar nikel, sementara Australia adalah pemasok utama lithium global. Kedua komoditas tersebut adalah bahan baku utama pembuatan baterai kendaraan listrik.
Pada bulan Februari lalu, Kamar Dagang Indonesia dan Pemerintah Australia juga telah menandatangani nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) untuk menjajaki kolaborasi pengembangan mineral kritis bagi industri baterai dan kendaraan listrik. Plan of action dari MoU ini rencananya akan diimplementasikan pada 2023-2025 guna mengembangkan industri baterai EV terintegrasi.
Sedangkan untuk sektor pendidikan, jumlah penerimaan mahasiswa Indonesia yang tercatat tumbuh 20% setiap tahunnya berpotensi memberikan peluang investasi bagi industri pendidikan di kedua negara.
“Sekarang kita sudah lihat beberapa perguruan tinggi Australia diinisiasi di Indonesia. Mereka membangun perguruan tingginya di Indonesia untuk membantu meningkatkan kapasitas edukasi di masyarakat kita,” tutur Bernardino.
Terkait teknologi, ia katakan jika Australia memiliki kapasitas teknologi yang canggih pada sejumlah bidang, seperti di bidang agro, jasa, maupun industri. “Ini yang saya lihat sebagai peluang teknologi yang bisa kita manfaatkan atau gunakan.”
Sebelumnya, Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu), Pahala Nugraha Mansury mengungkapkan bahwa Australia akan berinvestasi pada sejumlah sektor prioritas di ASEAN dengan nilai investasi mencapai USD95,4 juta.
Baca juga: KTT ASEAN Hasilkan 93 Kerja Sama Proyek Strategis, Segini Nilainya
Adapun empat sektor prioritas tersebut adalah pertanian dan pangan, ketahanan energi dan transisi energi bersih, infrastruktur, serta pendidikan.
“Australia juga mengumumkan komitmen sebesar USD95,4 juta untuk bisa mendukung tiga inisiatif dalam sektor prioritas di ASEAN,” kata Pahala dalam konferensi pers, di JCC, Rabu 6 September 2023.
Pahala menambahkan, Australia menanamkan modalnya untuk melakukan pengembangan Asia Business Exchange Program untuk meningkatkan perdagangan di wilayah kawasan. Steven Widjaja