Program BIPOSC Dorong Transformasi Perkebunan dan Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan

Program BIPOSC Dorong Transformasi Perkebunan dan Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan

Jakarta – Perusahaan kelapa sawit Musim Mas Group, bersama Livelihoods Fund for Family Farming (L3F), SNV Indonesia, dan ICRAF melakukan kolaborasi untuk meningkatkan kapasitas pekebun swadaya kelapa sawit melalui program Biodiverse & Inclusive Palm Oil Supply Chain (BIPOSC) dengan membuat model perkebunan regeneratif. Kerjasama yang dimulai sejak 2021 ini telah diimplementasikan pada pekebun swadaya di Labuhanbatu, Sumatera Utara.

Rob Nicholls, General Manager Project & Program, Musim Mas Group mengungkapkan program BIPOSC yang dilakukan untuk waktu jangka panjang ini bertujuan mencapai rantai pasok minyak kelapa sawit berkelanjutan melalui penerapan praktik perkebunan regeneratif, model agroforestri yang diadaptasi secara lokal, dan perlindungan ekosistem, yang pada akhirnya diharapkan mampu menjadi solusi menciptakan rantai pasok minyak kelapa sawit bebas deforestasi.

Dalam pelaksanaannya, BIPOSC mengadopsi praktik yang sudah distandarkan dan bersifat non-profit dengan target pekebun swadaya kelapa sawit yang bernaung di bawah Asosiasi Pekebun Swadaya Kelapa Sawit Labuhanbatu (APSKS LB), Sumatera Utara.

APSKS LB merupakan salah satu asosiasi yang dibina oleh Musim Mas dengan tujuan mendorong pekebun mendapatkan akses pasar dan sertifikasi dari Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) dan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO).

“Bagi Musim Mas, pekebun swadaya merupakan kunci untuk masa depan industri kelapa sawit berkelanjutan. Kami percaya, bahwa kolaborasi dengan banyak pihak dapat memberikan dampak positif yang lebih luas. Harapannya, kolaborasi ini dapat meningkatkan kapasitas pekebun swadaya, khususnya kemampuan teknis pengelolaan lahan serta alternatif pendapatan untuk mencapai keberlanjutan pada rantai pasok kelapa sawit yang kaya akan keanekaragaman hayati dan bersifat inklusif,” ujar Rob, di Jakarta, Kamis, 17 Oktober 2024.

Baca juga: 16 Persen Penduduk RI Rentan Kelaparan, Kemendagri Soroti Hal Ini

Semetara itu, Rizki Pandu Permana, Country Director SNV di Indonesia mengatakan bahwa perkebunan regeneratif sangat penting, apalagi saat ini terjadi isu perubahan iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati. Itu karena, praktik perkebunan regeneratif memiliki prinsip meningkatkan kesehatan tanah dan keanekaragaman hayati, serta mengurangi erosi tanah, limpasan air, emisi gas rumah kaca dan kebocoran nitrogen. 

“Sebagai organisasi mitra pembangunan global, SNV mendukung Pemerintah Indonesia memenuhi target Sustainable Development Goals (SDGs). Untuk mencapai hal tersebut, kami melaksanakan program yang efektif dan berdampak luas untuk transformasi di sektor pertanian dan pangan, energi, serta air. Dalam program BIPOSC, kami menerapkan perkebunan regeneratif dan model agroforestri secara komprehensif, sehingga kesuburan dan keanekaragaman hayati tanah dapat terus terjaga, dan bermanfaat besar bagi perekonomian dan kehidupan pekebun,” ujar Rizki, di Jakarta, Kamis, 17 Oktober 2024.

Rizki menambahkan, pendekatan yang dilakukan dalam program BIPOSC adalah melalui pelatihan Best Management Practices (BMP) perkebunan regeneratif seperti pengaplikasian bio input; penerapan teknik mulsa (penyusunan pelepah); penanaman cover crop; pengendalian hama terpadu; serta pengaplikasian pupuk kompos. 

Hingga saat ini, sebanyak 1.097 pekebun swadaya telah mendapat pelatihan dan telah diterapkan di lahan perkebunan mereka dengan total luas 1.954,41 hektar. Sebanyak 25 fasilitator desa telah dipersiapkan untuk memberikan pendampingan kepada pekebun, serta tujuh plot demo telah didirikan sebagai lahan percontohan serta fasilitas pembelajaran untuk perkebunan regeneratif.

Bernard Giraud, Co-founder and President of the Livelihoods mengungkapkan saat mengunjungi pekebun kelapa sawit beberapa tahun lalu, para pekebun ini menyampaikan kekhawatiran terbesar terkait akses pupuk. Meskipun pupuk berperan penting dalam meningkatkan hasil panen, namun masih terdapat ketimpangan pemahaman terkait cara melindungi lahan dari degradasi jangka panjang.

“Pekebun swadaya membutuhkan peningkatan pengetahuan tentang menjaga kesehatan dan struktur tanah, serta faktor penting lainnya. Inilah yang ingin diatasi oleh proyek BIPOSC, dan kami senang melihat para pekebun yang terlibat melaporkan tidak hanya hasil panen yang lebih tinggi, tetapi juga tanah yang lebih sehat pada lahan mereka saat ini,” katanya, di Jakarta, Kamis, 17 Oktober 2024.

Selain memberikan pelatihan, program BIPOSC juga melakukan pendampingan untuk peningkatan kapasitas Institusi. Satu Composting Unit dengan kapasitas 100-150 ton/bulan telah didirikan, dan dikelola secara langsung oleh APSKS LB. Dengan model bisnis yang dijalankan, Composting Unit ini dapat memproduksi pupuk kompos dengan harga yang lebih terjangkau hingga setengah dari harga pasar.

Di tahun pertama beroperasi pada 2023, sebanyak 588 ton telah berhasil diproduksi dan dipasarkan hingga menghasilkan keuntungan sebesar Rp 421 Juta. Ke depan, Composting Unit direncanakan untuk direplika di beberapa lokasi lainnya.

Baca juga: Rencana Aksi Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Era Jokowi Dilanjutkan Prabowo

“Salah satu dampak positif sudah dapat dinikmati para pekebun swadaya anggota APSKS LB adalah terbangunnya Composting Unit ini. Dengan harga yang lebih terjangkau, serta sistem bagi hasil yang diterapkan, telah mendorong para pekebun swadaya melakukan pemupukan dengan pupuk kompos. Saat ini, seluruh pekebun swadaya anggota ASPKS LB telah menggunakan pupuk kompos di kebun mereka,” ungkap Syahrianto, Ketua APSKB LB di kesempatan yang sama.

Sebagai informasi, pada 2023, pekebun swadaya telah mengelola sekitar 41 persen dari total area perkebunan kelapa sawit di Indonesia, yang mencakup 6,77 juta hektare.

Angka ini diperkirakan akan terus meningkat hingga 60 persen pada 2030, sehingga program seperti BIPOSC menjadi sangat penting dalam membentuk masa depan produksi minyak sawit berkelanjutan. (*) Ayu Utami

Related Posts

News Update

Top News