Praktisi Migas & Pengajar Institut Teknologi Bandung (ITB) Widhyawan Prawiraatmadja (Foto: M.Ibrahim)
Jakarta – Indonesia masih memiliki potensi minyak dan gas (migas) yang besar jika dikelola secara optimal. Namun, diperlukan berbagai langkah nyata agar potensi tersebut dapat benar-benar terwujud.
Praktisi Migas sekaligus Pengajar Institut Teknologi Bandung (ITB), Widhyawan Prawiraatmadja mengungkapkan, cadangan migas Indonesia masih relatif besar dan tersebar di berbagai cekungan utama, termasuk Natuna, Papua, dan kawasan timur lainnya.
“Sebagian besar cadangan belum masuk tahap produksi. Data menunjukkan sebagian besar cadangan masih berada pada status contingent resources atau justified for development,” katanya dalam Forum Migas Tempo 2025 di Jakarta, Rabu, 20 Agustus 2025.
Menurut Widhyawan, potensi tersebut hanya bisa diwujudkan jika sejumlah pekerjaan rumah diselesaikan. Mulai dari percepatan monetisasi cadangan, peningkatan investasi, kepastian regulasi, hingga percepatan pembangunan infrastruktur energi.
Baca juga: Kerek Produksi Migas Nasional, Anjungan OOA Berdiri di Laut Utara Jabar
Ia menjelaskan, kondisi global dan tren penurunan produksi migas domestik justru menjadi momentum bagi Indonesia untuk memperkuat daya saing ekonomi sekaligus menjaga ketahanan energi.
“Pemerintah harus meningkatkan produksi migas domestic. Caranya Menahan laju penurunan produksi minyak dan mempercepat monetisasi cadangan gas,” jelasnya.
Selain itu, pemerintah juga harus menggairahkan kembali investasi hulu, terutama di wilayah perbatasan, dan mempercepat pembangunan infrastruktur gas.
“Selain itu, menjamin kepastian regulasi dan insentif. Aturan yang jelas, konsisten, dan menarik bagi investor serta menjaga kredibilitas sektor dengan cara menghormati kontrak yang ada dan memastikan konsistensi kebijakan jangka panjang,” pungkasnya.
Baca juga: Pemerintah Beberkan Update Soal MoU Impor Migas AS
Diketahui, sejak beberapa tahun terakhir, produksi minyak dan gas bumi di Indonesia terus mengalami penurunan akibat berkurangnya cadangan dan tantangan teknis dalam hal eksplorasi.
Dinukil data Kementerian ESDM, lifting minyak terus menurun sejak 2015. Pada tahun itu, realisasi lifting minyak tercatat 779 ribu barel per hari (bopd).
Meski sempat melonjak menjadi 829 ribu bopd di 2016, namun turun kembali pada 2017 menjadi 804 ribu bopd.
Lalu, secara beruntun lifting terus turun yakni 778 ribu bopd (2018), 746 ribu bopd (2019), 707 ribu bopd (2020), 660 ribu bopd (2021), 612 ribu bopd (2022), dan 605,4 ribu bopd (2023). (*)
Editor: Yulian Saputra
Poin Penting Unilever Indonesia membagikan dividen interim 2025 sebesar Rp3,30 triliun atau Rp87 per saham,… Read More
Poin Penting IFAC menekankan pentingnya kolaborasi regional untuk memperkuat profesi akuntansi di Asia Pasifik, termasuk… Read More
Poin Penting BAKN DPR RI mendorong peninjauan ulang aturan KUR, khususnya agar ASN golongan rendah… Read More
Poin Penting IHSG menguat ke 8.655,97 dan sempat mencetak ATH baru di level 8.689, didorong… Read More
Poin Penting Konsumsi rumah tangga menguat jelang akhir 2025, didorong kenaikan penjualan ritel dan IKK… Read More
Poin Penting Kementerian PKP tengah memetakan kebutuhan hunian bagi korban banjir bandang di Sumatra melalui… Read More