Jakarta–Presiden Joko Widodo (Jokowi) meluruskan pandangan sebagian masyarakat yang seolah-olah sudah menilai dirinya mengambil keputusan membawa Indonesia bergabung dengan kelompok kerja sama Trans Pacific Partnership atau TPP.
“Waktu bertemu dengan Presiden Barrack Obama, saya sampaikan bahwa Indonesia bermaksud akan ikut TPP. Sekali lagi, ‘bermaksud akan’. Jadi sebetulnya masih jauh, bukan ‘akan’. Kalau ‘akan’ sudah agak dekat,” kata Presiden Jokowi saat memberikan arahan pada Rapat Pimpinan TNI, di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta, Rabu, 16 Desember 2015 seperti dikutip dari laman resmi Setkab.
Presiden menyebutkan kehati-hatiannya itu juga diungkapkannya dalam pemilihan bahasa yang digunaannya saat bertemu Presiden Barrack Obama, di Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat, akhir Oktober lalu. “Sampai Inggrisnya kemarin kita pilih ‘intend to join’, sampai tanya bolak balik ke Bu Menteri (Menlu, red) bukan ‘will join’. Pemilihan kata-kata saja nanti kalau keliru bisa repot,” ungkapnya.
Menurut Presiden Jokowi, keinginannya agar Indonesia ikut dalam TPP adalah bagian dalam membawa negeri ini menghadapi kita menghadapi tantangan-tantangan baru paska perang dingin. Ia mengingatkan, konstelasi politik ekonomi berubah sangat cepat sekali. Gelombang perdagangan bebas, gelombang integrasi ekonomi kawasan, lanjut Presiden, juga sama. Sangat cepat sekali.
“Ini nantinya juga akan membawa perubahan-perubahan di setiap negara. Ini juga yang harus kita ketahui dan harus kita waspadai,” tutur Presiden Jokowi.
Oleh sebab itu, menurut Presiden Jokowi, semuanya harus dikalkulasi, semuanya harus dihitung secara detil. Apa yang untung kalau kita ikut sebuah blok, apa yang tidak menguntungkan, hitungannya harus detil.
Dalam acara yang dihadiri oleh 182 perwira tinggi TNI itu, Presiden Jokowi mengingatkan, visi ke depan negara, tidak bisa lagi yang namanya menolak, atau berkata tidak. Ia menunjuk contoh Masyarakat Ekonomi ASEA (MEA) yang akan berlaku pada Januari 2016.
:Apakah kita bisa sekarang mengatakan, saya belum siap, Indonesia belum siap, apakah bisa? Apakah bisa mengatakan, Indonesia menolak tidak akan bergabung dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN bisa? Tidak bisa,” kata Presiden Jokowi menjawab pertanyaannya. Karena itu, lanjut Presiden, nantinya juga begitu, EFTA di EU, Uni Eropa, RCEP bloknya Cina, TPP bloknya Amerika.
Untuk itu, Presiden Jokowi menyarankan sekarang ini yang penting kita bekerja harus detil, berkalkulasi harus detil. Bukan ragu, khawatir, masuk ini kita untung atau tidak. “Bukan seperti itu. Harus dihitung, mana yang harus kita perbaiki, sektor mana yang harus diperbaharui, tekad mana yang masih perlu kita dorong. Menurut saya yang paling penting itu. Sudah tidak bisa,” tegasnya. (*) Ria Martati