Prajogo Pangestu Jadi Orang Paling Tajir di RI, Segini Jumlah Kekayaannya

Prajogo Pangestu Jadi Orang Paling Tajir di RI, Segini Jumlah Kekayaannya

Jakarta – Konglomerat Prajogo Pangestu kini jadi orang paling tajir di Indonesia. Harta sang pemilik grup Barito Grup Barito Pacific ini naik 16,6 persen menjadi USD4,6 miliar atau setara Rp74,9 triliun.

Dilansir laman The Real Time Billionaires List  dari Forbes, Selasa, 15 Juli 2025, total kekayaan yang dimiliki Prajogo sebesar USD32,4 miliar atau setara Rp527,6 triliun.

Menariknya, kekayaan eks sopir angkot jurusan Singkawang-Pontianak ini melampaui sejumlah miliarder dunia, termasuk Melinda French Gates, filantropis dan mantan istri pendiri Microsoft, Bill Gates. Saat ini, Melinda memiliki kekayaan USD30,7 miliar atau sekitar Rp499 triliun.

Selain itu, Prajogo juga berhasil melewati miliarder asal Tiongkok, Jack Ma. Saat ini, pendiri Alibaba tersebut berada di posisi ke-80 orang terkaya di dunia dengan total kekayaan USD25,7 miliar atau setara Rp418 triliun. 

Baca juga : Tajir Melintir! Kekayaan Bos Tambang Prajogo Pangestu Lampaui Miliarder Jack Ma

Adapun di Tanah Air, dirinya berhasil menyalip miliarder Low Tuck Kwong yang pernah menduduki orang paling kaya di Indonesia. Saat ini, kekayaan diri Low sebesar USD26,9 miliar atau Rp438 triliun, atau berada satu peringkat di bawah Prajogo di Indonesia

Profil Prajogo Pangestu

Lantas seperti apa profil seorang Prajogo Pangestu hingga menjadi konglomerat sukses?

Melansir berbagai sumber, Prajogo Pangestu lahir pada 13 Mei 1944. Sang ayah bernama Phang Siu On yang bekerja sebagai pedagang getah karet. 

Semasa kecil, Prajogo diberikan nama Phang Djun Phen yang dalam mitologi suku Khek atau orang Cina di Taiwan mempunyai arti “Burung besar terbang tinggi di awan mendung”.

Prajogo yang hanya menamatkan pendidikannya di SMP Nan Hua, sekolah Mandarin di Singkawang, Kalimantan Barat lantas mencoba mengadu nasib di Ibu Kota. Sayangnya, pekerjaan tak kunjung datang hingga akhirnya memutuskan kembali ke kampung halaman.

Baca juga : Prajogo Pangestu Borong 1,5 Juta Saham BREN, Rogoh Kocek Rp9,40 Miliar

Di Kalimantan, ia menjadi sopir angkutan umum rute Singkawang-Pontianak. Tak bertahan lama, dirinya lantas mencoba bisnis kebutuhan dapur, mulai dari ikan asin hingga bumbu-bumbu.

Di sela pekerjaanya di tahun 1960, Prajogo secara tidak sengaja bertemu dengan pengusaha kayu asal Malaysia, Burhan Uray. Siapa sangka, pertemuan itu pula yang mengubah garis nasib Prajogo Pangestu. 

Lalu, pada 1969, Prajogo memutuskan bergabung di perusahaan milik Burhan, yakni PT Djajanti Grup. Berkat etos kerja tinggi, tujuh tahun kemudian dirinya dipercaya menempati posisi General Manager Pabrik Plywood Nusantara, Gresik, Jawa Timur. 

Sayangnya, jabatan yang diembannya hanya bertahan satu tahun. Sebab, Prajogo memutuskan mengundurkan diri dan berani membeli sebuah perusahaan yang tengah mengalami krisis keuangan, yakni CV Pacific Lumber Coy.

Ia pun meminjam sejumlah uang ke bank untuk membeli perusahaan kayu tersebut. Lantas, mengganti nama perusahaan menjadi PT Barito Pacific. Hebatnya, dirinya juga sukses mengembalikan pinjaman tersebut hanya dalam kurun waktu satu tahun.

Pada 1970-an, PT Barito Pacific resmi berganti nama menjadi Barito Pacific Timber (BRPT) setelah mengurangi bisnis kayunya pada tahun 2007. 

Pada tahun yang sama pula, BRPT mengakuisisi 70 persen perusahaan petrokimia Chandra Asri yang juga berdagang di Bursa Efek Indonesia.

Kesuksesan tak sampai di situ. Prajogo pun terus melakukan ekspansi bisnis dengan mendirikan PT Chandra Asri Petrochemical Center dan PT Tri Polyta Indonesia Tbk.

Pada 2011 Chandra Asri bergabung dengan Tri Polyta Indonesia dan menjadi produsen petrokimia terintegrasi terbesar di Indonesia. Thaioil mengakuisisi 15 persen saham Chandra Asri pada Juli 2021.

Pada 2023, Prajogo sukses membawa dua perusahaannya, yakni CUAN dan BREN, melantai di bursa Indonesia. (*)

Editor: Galih Pratama

Related Posts

News Update

Netizen +62