Jakarta – Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah buka suara soal wacana kerja sama dengan Unit Usaha Syariah (UUS) PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN).
Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abbas mengungkapkan bahwa pihaknya belum memiliki rencana untuk masuk ke UUS BTN, yang juga sedang berencana spin off menjadi bank umum syariah (BUS).
“Enggak (rencana). Berbincang (soal kerja sama) mungkin ada ya. Tapi enggak ada. Konteksnya, ya Muhammadiyah belum bicara tentang akuisisi bank ya. Belum bicara tentang mendirikan bank. Cuman menata, mengkonsolidasikan. Kemudian BPRS-BPRS yang ada sekarang ini ya dibenahin ya,” kata Anwar kepada wartawan di Jakarta, Jumat, 11 Oktober 2024.
Baca juga: Sinergi BTN-Syailendra Capital, Hadirkan Dua Produk Reksa Dana Unggulan
Sebelumnya, PP Muhammadiyah menerima kedatangan pihak BTN Syariah pada Agustus lalu di Kantor PP Muhammadiyah Yogyakarta, dan beredar kabar bahwa Muhammadiyah akan masuk ke BTN Syariah.
Adapun saat ini pihaknya fokus untuk membenahi Bank Perekonomian Rakyat Syariah (BPRS) milik Muhammadiyah yang jumlahnya lebih dari 10 bank.
Sementara itu, kabar yang beredar mengenai Muhammadiyah ingin mengakuisisi bank syariah lainnya yakni, PT KB Bank Syariah (KBBS) juuga masih diurungkan.
“Keinginan ini untuk sementara masih diendapkan dulu ya. Lalu mulai berbenah konsolidasi dulu, karena selama ini Muhammadiyah belum bisa melakukan konsolidasi keuangan secara baik,” tambahnya.
Anwar menjelaskan bahwa selama ini pihak Muhammadiyah masing-masing memiliki dana, tetapi tidak diketahui seberapa banyak jumlahnya dan mendapatkan pembiayaan dari bank mana.
Baca juga: Bos BCA Syariah Buka-bukaan Soal Kerja Sama dengan Muhammadiyah
“Masing-masing berhubungan dengan bank tempatkan uang di bank tapi tidak tahu bank mana dan berapa jumlahnya. Kemudian mereka mendapatkan pembiayaan dari bank dari bank mana kita juga belum tahu. Nah kemarin kita baru petakan sedikit ya. Pelan-pelan,” jelas Anwar.
Sebelumnya, Direktur Utama BTN Nixon L.P. Napitupulu menyatakan bahwa kerja sama bisnis dengan Muhammadiyah masih berada pada tahap awal. Yakni masih dalam tahap penjajakan dan kedua belah pihak sedang memahami potensi serta keinginan untuk tumbuh bersama. (*)
Editor: Galih Pratama