Jakarta – Potensi pembiayaan mortgage (perumahan) dinilai masih sangat besar. Kondisi ini seiring dengan adanya bonus demografi Indonesia, di mana jumlah penduduk usia produktif (antara 15-64 tahun) lebih besar daripada penduduk usia nonproduktif.
Berdasarkan kajian Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah milenial akan mencapai 90 juta jiwa pada tahun 2020. Para milenial yang masuk pada usia produktif akan menjadi tulang punggung ekonomi sekaligus menjadi target utama pasar properti di Indonesia.
“Kita akan ada bonus demografi di seluruh provinsi. Jadi jika dilihat dari bonus demografi, potensi kepemilikan rumah masih sangat besar,” ujar Pengamat Ekonomi Aviliani dalam seminar Infobank bersama Indonesia Mortgage Bankers Association (IMBA) bertema “Pembiayaan Mortgage Jenuh? – Prospek Pasar Milenial, Sektor Informal dan Kolaborasi dengan Fintech” di Jakarta, Kamis 17 Oktober 2019.
Dirinya mengungkapkan, saat ini pertumbuhan sektor informal sangatlah pesat. Sejalan dengan hal tersebut, pemerintah diminta harus bisa memaksimalkan potensi pembiayaan mortgage pada sektor informal. Menurutnya, saat ini sektor informal cenderung lebih tinggi pertumbuhannya dibanding sektor formal.
“Makin ke desa makin banyak sektor informalnya. Di DKI memang sektor formal lebih banyak, tapi makin ke desa sektor informalnya makin tinggi formalnya makin kecil,” ucapnya.
Lebih lanjut ia menyatakan, potensi sektor informal dalam pembiayaan perumahan bisa sangat besar jika aturan dari regulator bisa diperlonggar lagi. Untuk itu, regulator seperti Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) harus bisa melihat potensi tersebut dengan berbagai kebijakannya.
“Bahwa sektor informal potensinya sangat besar tapi kalau aturan yang ada saat ini, sulit untuk memaksimalkan potensi itu. Anak skrg itu gk mau kerja di formal. Banyakan ingin kerja sendiri. Sektor informal akan naik. Tapi kalau tidakk dibenahi akan terlambat,” paparnya.
Memaksimalkan potensi pembiayaan properti tersebut juga sejalan dengan pertumbuhan properti yang melambat. Menurut survei BI, per kuartal I tahun 2019, penjualan properti residensial hanya mampu tumbuh sebesar 0,05% dari sebelumnya 10,64% (year on year/yoy). Meski pada kuartal II tahun 2019 mengalami kontraksi hingga 15,79%.
Meski sektor properti mengalami tekanan, peluang pembiayaan properti masih sangat besar. Bank-bank bisa mulai melirik pasar milenial dan sektor informal. Dua pasar ini sangat menjanjikan. Sayangnya, pasar milenial belum berkembang. Sementara, pasar informal masih belum digarap dengan baik karena terbentur persyaratan atau pun sebab lain.
“Pasar milenial ini punya pasar sendiri. Mungkin rumah bertingkat/apartemen skrg menjadi pilihan. Mereka gak mau repot, biasanya mereka ingin apartemen yang ad malnya. Jadi menurut saya potensi pemilikan rumah di pasar milenial sangatlah besar,” tutup Aviliani. (*)
Jakarta - PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) resmi membuka penjualan tiket kereta cepat Whoosh… Read More
Jakarta - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) terus berkomitmen mendukung pengembangan sektor pariwisata berkelanjutan… Read More
Tangerang - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) bekerja sama dengan Kementerian Perdagangan (Kemendag) meluncurkan program… Read More
Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat bahwa data perdagangan saham selama periode 16-20… Read More
Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat di minggu ketiga Desember 2024, aliran modal asing keluar… Read More
Jakarta - PT Asuransi BRI Life meyakini bisnis asuransi jiwa akan tetap tumbuh positif pada… Read More