Potensi AS Gagal Bayar Utang, Sebabkan Nilai Tukar Rupiah Menurun

Potensi AS Gagal Bayar Utang, Sebabkan Nilai Tukar Rupiah Menurun

Jakarta – Amerika Serikat (AS) terancam mengalami gagal bayar utang pada 1 Juni 2023 mendatang. Akibatnya, nilai mata uang dolar AS menguat dibandingkan mata uang negara lainnya termasuk Rupiah, disebabkan ketidakpastian dari reaksi pasar yang berbeda terutama terkait negosiasi debt ceiling.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan, saat ini Pemerintah AS tengah bernegosiasi akibat adanya potensi gagal bayar, yang memicu yield treasury meningkat dan dolar AS semakin menguat.

“Seluruh dunia mengalami dampak negosiasi debt ceiling yaitu dengan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global. Nilai tukar dolar yang menguat terhadap seluruh mata uang dunia, dan yield treasury yang mengalami peningkatan,” kata Perry dalam RDG, Kamis, 25 Mei 2023.

Perry menegaskan, dalam hal ini BI akan memfokuskan kebijakannya untuk memperkuat nilai tukar Rupiah di tengah risiko pasar yang tidak pasti. Dengan dua respons kebijakan, yakni kebijakan triple intervention dan twist operation.

“Twist operation BI punya SBN sebesar Rp1.400 triliun kan ada jangka pendek. 
Yang jangka pendek kami jual, dengan jual jangka pendek, yield SBN naik. Tanpa harus sebabkan yield jangka panjang naik. Dengan yield jangka panjang naik inflow naik dukung stabilsiasi nilai tukar rupiah,” ungkapnya.

Di sisi lain, negosiasi atau perdebatan mengenai batasan debt ceiling ini akan menentukan seberapa besar Pemerintah AS boleh meningkatkan jumlah utangnya.

“Kami melihat assessment dari dulu, kalau terjadi negosiasi ujung-ujungnya ada kesepakatan yang kami perkirakan awal Juni atau sekitar pertengahan Juni. Tapi dalam negosiasi ini persepsi dan pendapat dari pasar menentukan reaksinya,” pungkasnya. (*)

Editor: Galih Pratama

Related Posts

News Update

Top News