Potensi Ekspor Besar, LPEI Genjot Produk Organik RI Tembus Pasar Eropa dan AS

Potensi Ekspor Besar, LPEI Genjot Produk Organik RI Tembus Pasar Eropa dan AS

Jakarta – Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank terus menggenjot ekspor produk organik ke berbagai negara, khususnya Eropa dan Amerika Serikat. 

Hal ini sejalan dengan peningkatan ekspor produk pertanian organik seperti buah-buahan dan rempah-rempah. Di mana, produk buah-buahan mencapai nilai ekspor hingga USD262,44 juta (naik 65,37 persen year on year (yoy) dari USD158,70 juta pada periode Januari-Maret 2023).

Sementara itu, produk rempah mencapai USD178,47 juta, meningkat 13,58 persen yoy dibandingkan periode yang sama tahun 2023.

PT Mega Inovasi Organik (MIO) menjadi salah satu debitur LPEI yang mendorong produk organik Indonesia berani mendunia.

Direktur Mega Inovasi Organik, Dippos Naloanro mengatakan sejak didirikan pada 2011 lalu, MIO memiliki visi untuk membangun ekosistem pertanian organik di Indonesia. 

“Saat pandemi Covid-19 lalu, ketika permintaan pangan turun namun produk organik di seluruh dunia tetap tumbuh 10 persen karena pasar sudah mulai paham dan peduli tentang isu-isu kesehatan, terutama bahan-bahan kimia yang digunakan dalam sebuah produk. Menurut saya dalam 20 tahun ke depan produk organik akan take over karena dunia ke arah produk organik,” katanya, dikutip Jumat, 14 Juni 2024.

Baca juga: Dukung Ekspor Mendunia, LPEI Tingkatkan Daya Saing Eksportir Jawa Timur

Anro mengatakan, potensi ekspor produk organik sangat besar, sebagai contoh untuk jenis buah segar markisa organik dapat diserap hingga 1 ton per minggu oleh pasar Eropa. 

Menurutnya, produk organik digemari pasar internasional karena lebih sehat dan bebas dari bahan kimiawi yang memiliki dampak pada kesehatan. 

Untuk itu, Mega Inovasi Organik terus menggandeng para mitra petani untuk melakukan edukasi dan membina para petani untuk melakukan sertifikasi produk organik untuk pangsa pasar ekspor dan dalam negeri. 

Saat ini Mega Inovasi Organik telah bermitra lebih dari 2.500 petani dari Sumatera, Jawa, Bali, hingga Nusa Tenggara Timur untuk menghasilkan berbagai produk organik terintegrasi dalam satu lahan, mulai dari gula kelapa, buah-buahan organik, rempah-rempah, hingga beras untuk pasar ekspor Eropa, Amerika Serikat, dan Asia. 

Anro menjelaskan, PT MIO menerapkan konsep pertanian organik terintegrasi di mana dalam satu lahan petani diarahkan untuk menanam berbagai macam produk organik yang diminati pasar Eropa dan Amerika Serikat sebagai langkah diversifikasi hasil pertanian. 

Dalam satu lahan seluas 2.000-3.000 meter persegi, petani menanam gula kelapa, buah-buahan seperti markisa, manggis, mangga, nanas, sirsak, bumbu dan rempah seperti daun pandan, vanila, jahe, kunyit, dan temulawak. 

Baca juga: BI: PMI Sumbang Devisa hingga USD14,2 Miliar, Terbesar Kedua Setelah Ekspor Migas

Hasilnya, pendapatan petani mitra binaan PT MIO meningkat. Sebelum menjadi petani organik, petani hanya mendapatkan Rp3-4 juta per bulan dari penjualan gula cetak. 

PT MIO meminta petani melakukan pertanian organik dan mengolahnya hingga menjadi gula semut sehingga pendapatan naik mencapai Rp7 juta per bulan. 

“Itu baru satu produk dari gula kelapa pendapatan petani meningkat 30-40 persen. Dengan membangun konsep terintegrasi petani biasanya mengelola lahan dengan 4 jenis produk organik. Saya pernah menghitung kasar jika petani memiliki lahan 3.000 meter persegi ditanamkan berbagai produk organik maka bisa mendapatkan penghasilan Rp80-90 juta per tahun,” katanya. 

Anro mengucapkan terima kasih kepada LPEI yang telah mendukung PT MIO untuk mendorong produk organik Indonesia ke pasar dunia. 

“LPEI berperan dalam mendukung eksportir seperti saya karena kecepatan mereka memberikan fasilitas keuangan bagi kami, dan kami terbantu. Kolaborasi ini dapat ditingkatkan ke level yang lebih tinggi lagi yaitu LPEI dapat membantu komunitas-komunitas petani ini menjadi komunitas petani penghasil devisa seperti konsep Desa Devisa LPEI agar petani dapat lebih bertumbuh lagi produksi dan kualitasnya,” katanya. 

Baca juga: BI: PMI Sumbang Devisa hingga USD14,2 Miliar, Terbesar Kedua Setelah Ekspor Migas

Sementara, Kepala Divisi NIA, Trade Finance & Financing (NTF) LPEI, Berlianto Wibowo mengatakan, LPEI mendukung para pelaku usaha berorientasi ekspor untuk mengembangkan usahanya melalui pemberian fasilitas PKE. 

“Program PKE ini menyediakan fasilitas pembiayaan, penjaminan, dan asuransi untuk transaksi atau proyek yang mungkin sulit dilaksanakan secara komersial, tetapi dianggap penting oleh pemerintah untuk mendukung kebijakan atau program ekspor nasional,” bebernya.

Hingga bulan April 2024 tercatat LPEI telah melakukan disbursement fasilitas PKE hingga Rp15.2 triliun dengan total lebih dari 90 negara tujuan ekspor. 

Salah satu upaya dalam mendukung pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM), LPEI memberikan dukungan melalui fasilitas PKE UKM yang hingga April 2024 telah disalurkan senilai Rp1.023 miliar. 

Berlianto menyebutkan bahwa LPEI terus berkomitmen untuk mendukung agar produk lokal Indonesia untuk berani mendunia dengan memberikan berbagai fasilitas unggulan bagi para pelaku usaha. (*)

Editor: Galih Pratama

Related Posts

News Update

Top News