Market Update

Potensi Cuan Indonesia di Balik Perang Dagang AS-China, Ini Penjelasannya

Jakarta – Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China akan memasuki babak baru menjelang pelantikan Donald Trump sebagai Presiden AS terpilih. Trump telah berulang kali menyatakan akan menerapkan kebijakan proteksionis, termasuk mengenakan tarif impor tinggi kepada sejumlah negara, termasuk Negeri Tirai Bambu.

Trump mengungkapkan rencana mengenakan tarif impor sebesar 60 persen untuk China dan 10 persen untuk negara-negara lainnya. Indonesia, sebagai mitra dagang utama AS dan China, diprediksi akan terkena dampak kebijakan ‘American First’ Trump ini.

Namun, pandangan berbeda disampaikan oleh Chief India and Indonesia Economist HSBC Global Research, Pranjul Bhandari. Menurutnya, Indonesia justru berpotensi terhindar dari dampak buruk perang dagang ini.

Rendahnya Partisipasi dalam Rantai Pasok

Bhandari menjelaskan, rendahnya partisipasi Indonesia dalam rantai pasok perdagangan langsung dengan AS membuatnya relatif aman dari konflik dagang.

“Tak seperti Vietnam yang banyak melakukan ekspor ke AS dan dirugikan dari peningkatan tarif impor, India dan Indonesia tak berpartisipasi banyak dalam penyediaan supply chain langsung ke AS,” ucapnya secara virtual dalam HSBC Media Briefing: Indonesia and Asia Outlook 2025, di Jakarta, Kamis, 9 Januari.

Baca juga: Indef: Terpilihnya Biden Bakal Meningkatkan Tensi Perang Dagang

Ia juga menambahkan kebijakan Trump lebih berfokus pada negara-negara dengan surplus besar dalam perdagangan dengan AS.

Peluang dari Kebijakan Stimulus China

Chief Asia Economist HSBC Global Research, Frederic Neumann, menilai kenaikan tarif impor AS terhadap China dapat memperlambat ekonomi China, terutama sisi ekspor. Meski demikian, China akan mengambil langkah stimulus untuk mendorong permintaan domestik.

“Salah satu contohnya, Indonesia bisa menjual hasil sumber daya alamnya ke Tiongkok dalam menopang penguatan permintaan domestik Tiongkok. Sebenarnya, itu (situasi perang dagang) mungkin tak berdampak buruk bagi Indonesia,” ujar Frederic.

Baca juga: Catat! Empat Barang Impor Ini Bakal Kena Pajak Tinggi

Menurut Frederic, perubahan fokus ekonomi China dari ekspor ke konsumsi domestik bisa menguntungkan Indonesia.

“Barangkali bakal ada perubahan pada sumber kekuatan pertumbuhan Tiongkok dari ekspor ke permintaan domestik, di mana Indonesia diuntungkan dari permintaan domestik itu melalui ekspor Indonesia ke Tiongkok,” pungkasnya (*) Steven Widjaja 

Yulian Saputra

Recent Posts

Hashim Djojohadikusumo Raih Penghargaan ‘Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability’

Poin Penting Hashim Djojohadikusumo meraih penghargaan “Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability” berkat perannya… Read More

21 mins ago

Dua Saham Bank Ini Patut Dilirik Investor pada 2026

Poin Penting Mirae Asset merekomendasikan BBCA dan BMRI untuk 2026 karena kualitas aset, EPS yang… Read More

31 mins ago

Hashim Soroti Pentingnya Edukasi Publik Terkait Perubahan Iklim

Poin Penting Indonesia menegaskan komitmen memimpin upaya global melawan perubahan iklim, seiring semakin destruktifnya dampak… Read More

2 hours ago

OJK Sederhanakan Aturan Pergadaian, Ini Poin-poinnya

Poin Penting OJK menerbitkan POJK 29/2025 untuk menyederhanakan perizinan pergadaian kabupaten/kota, meningkatkan kemudahan berusaha, dan… Read More

3 hours ago

40 Perusahaan & 10 Tokoh Raih Penghargaan Investing on Climate Editors’ Choice Award 2025

Poin Penting Sebanyak 40 perusahaan dan 10 tokoh menerima penghargaan Investing on Climate 2025 atas… Read More

3 hours ago

Jelang Akhir Pekan, IHSG Berbalik Ditutup Melemah 0,09 Persen ke Level 8.632

Poin Penting IHSG ditutup melemah 0,09% ke level 8.632 pada 5 Desember 2025, meski beberapa… Read More

4 hours ago