Jakarta – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, ada kesepakatan baru tengah dilakukan untuk gencatan senjata dalam membebaskan sandera yang ditahan oleh Hamas.
Dalam konferensi pers yang disiarkan televisi pada hari Sabtu, (16/12), Netanyahu menyebut konflik tersebut sebagai “perang eksistensial” tanpa henti sebelum kemenangan diraih meski mendapat tekanan dunia dan membengkaknya biaya perang.
Pernyataannya tersebut muncul sehari setelah pasukan Israel secara keliru membunuh tiga dari lebih dari 100 tawanan.
Menurutnya, serangan Israel di Gaza telah membantu mencapai kesepakatan pembebasan sebagian sandera pada bulan November dan berjanji untuk mempertahankan tekanan militer yang kuat terhadap Hamas.
Baca juga: Cara Licik Produsen Kurma Israel Jual Produknya di Tengah Seruan Boikot
“Instruksi yang saya berikan kepada tim perunding didasarkan pada tekanan ini, yang tanpanya kita tidak punya apa-apa,” katanya, dilansir Al Jazeera, Minggu (17/12).
Diketahui, komentar Netanyahu muncul setelah pimpinan Mossad, Badan Intelijen Israel, bertemu dengan perdana menteri Qatar, negara yang menjadi penengah antara Israel dan Hamas, dan upayanya menghasilkan gencatan senjata tujuh hari dan pertukaran sandera pada bulan lalu.
Sebelumnya pada hari Sabtu, Qatar mengkonfirmasi bahwa pembicaraan sedang dilakukan untuk kemungkinan gencatan senjata baru.
Netanyahu sendiri menghindari pertanyaan tentang pertemuan yang dilaporkan diadakan di Eropa, namun menegaskan bahwa dia telah memberikan instruksi kepada tim perunding.
“Kami mendapat kritik serius terhadap Qatar…tapi saat ini kami sedang berusaha menyelesaikan pemulihan sandera kami,” katanya.
Sebuah pernyataan Hamas kemudian mengatakan bahwa kelompok tersebut menegaskan posisinya untuk tidak membuka negosiasi apapun untuk pertukaran tahanan kecuali agresi terhadap rakyat kami berhenti untuk selamanya.
“Gerakan ini mengkomunikasikan posisi ini kepada semua mediator,” tambahnya.
Pada hari Jumat, pasukan Israel mengakui secara keliru membunuh tiga sandera Hamas, semuanya berusia 20-an, di daerah Shijaiyah di Kota Gaza, di mana pasukan tersebut terlibat dalam pertempuran sengit dengan Hamas.
Baca juga: Hamas: Biden Mulai Sadar Operasi Militer Israel di Gaza Tindakan Tak Masuk Akal
Israel terus menggempur Gaza, menewaskan hampir 19.000 warga Palestina sejak 7 Oktober. Ribuan lainnya dikhawatirkan terkubur di bawah reruntuhan.
Israel mengatakan sedikitnya 1.147 orang tewas dalam serangan Hamas di wilayahnya dua bulan lalu.
Perang yang berlangsung selama 10 minggu telah meratakan sebagian besar wilayah Gaza utara dan membuat 85 persen dari 2,3 juta penduduk wilayah tersebut terpaksa mengungsi dari rumah mereka. (*)
Editor: Galih Pratama