Jakarta – PT PLN (Persero) mendukung hilirisasi energi bersih melalui pengembangan green hydrogen dan green amonia di Indonesia. Komitmen ini diwujudkan dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara PLN dengan Augustus Global Investment GmbH (AGI) terkait dengan pasokan listrik untuk kebutuhan produksi green hydrogen.
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan, saat ini Indonesia mampu memproduksi hidrogen hingga 1,75 juta ton per tahun. Langkah ini merupakan salah satu upaya hilirisasi sektor gas yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk menjadi bahan baku pupuk dan juga energi bersih seperti hidrogen.
“Hilirisasi gas merupakan salah satu peta jalan kami dalam mencapai target net zero emission. Kami sudah lebih dulu mengembangkan hidrogen hijau saat ini dan akan terus dikembangkan lebih besar lagi dengan dorongan kolaborasi semua pihak,” katanya dalam keterangannya dikutip 30 Agustus 2023.
Baca juga: Banyak Kabel dan Tiang Utilitas Semrawut di Jalan, Punya PLN?
Menurutnya, hidrogen hijau akan memainkan peran penting dalam dekarbonisasi sektor transportasi dan sektor industri ke depannya.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan, dalam agenda transisi energi PLN mendukung penuh seluruh proyek energi bersih di Indonesia.
PLN sebagai satu satunya perusahaan penyedia listrik di Indonesia memastikan siap memenuhi seluruh kebutuhan industri, khususnya industri hidrogen hijau dan amonia hijau yang akan dikembangkan ini.
“Industri green hydrogen dan green ammonia saat ini menjadi perhatian seluruh dunia. Kami bangga pada kesempatan ini dapat menjadi bagian dari inisiatif strategis dalam mendukung sustainable development, melalui pengembangan proyek energi bersih di Indonesia di mana listrik menjadi bagian yang vital di dalamnya,” jelasnya.
Ia juga memastikan melalui kolaborasi ini PLN siap untuk mendukung dengan memberikan pasokan listrik yang andal dan berkelanjutan untuk project yang dikembangkan oleh Augustus Global Investment dan Pupuk Indonesia Group.
Sinergi BUMN dan Swasta ini menjadi bukti bahwa upaya pengurangan emisi global perlu dukungan dan kerja sama semua pihak.
“Dunia sedang melihat perubahan besar dalam paradigma energi, di mana fokus beralih dari sumber energi konvensional menuju alternatif yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. Indonesia telah membuktikan langkah aktif tersebut lewat kerja sama ini,” jelasnya.
Darmawan merinci, nantinya PLN akan memasok kebutuhan listrik pabrik ini hingga 340 Megavolt Ampere (MVA). PLN juga akan memberikan layanan Sertifikat Energi Terbarukan atau Renewable Energy Certificate.
Dengan begitu, proses produksi dapat diklaim menggunakan listrik terbarukan dan melahirkan hidrogen yang ramah lingkungan atau green hydrogen dan turunan lain dalam bentuk green ammonia.
“Kami berharap, project ini mampu mendorong laju pertumbuhan perekonomian hingga menciptakan multiplier effect melalui pengembangan energi masa depan yang ramah lingkungan,” pungkansya.
Chairman & CEO AGI Fadi Krikor menjelaskan green hydrogen merupakan energi masa depan yang harus segera dikembangkan. Indonesia memiliki peta jalan pengembangan hydrogen yang jelas dalam mencapai target NZE. Untuk itu, pengembangan ini menjadi hal yang sangat menguntungkan kedua belah pihak.
“Komitmen pemerintah, akses terhadap energi terbarukan, stabilitas ekonomi dan politik di negara ini menjadi pertimbangan kami ketika kami memutuskan bahwa Indonesia adalah tempat yang tepat untuk berinvestasi,” kata Fadi.
Baca juga: PLN Klaim Pakai Kendaraan Listrik Lebih Hemat, Cek Faktanya!
Menurut Fadi, pihaknya berencana untuk membangun Production Plant Green Hydrogen berkapasitas produksi 35.000 ton per tahun di Indonesia dan membutuhkan lahan 50 ha. Adapun biaya investasi pembangunan infrastruktur produksi green hydrogen diperkirakan mencapai USD 400-700 juta, tergantung dari bentuk akhir green hydrogen yang akan ditransportasikan.
“Kami akan menjajaki sekitar setengah miliar dolar fasilitas baru untuk produksi hidrogen ramah lingkungan. Dan yang pasti kita membutuhkan selain air dan kita membutuhkan energi hijau dan lokasi yang tepat,” kata dia.
Fadi juga menambahkan bahwa dalam proses transisi green energy yang berkelanjutan akan bermanfaat bagi Indonesia, bahkan seluruh dunia. Fadi berharap kerja sama ini juga mampu menjadi pendorong perekonomian Indonesia ke depan.
“Indonesia menjadi salah satu negara pertama di Asia Tenggara yang memproduksi dalam skala yang besar, tidak hanya akan menyediakan lapangan pekerjaan baru, tetapi juga akses terhadap teknologi baru dan juga infrastruktur di Indonesia. Kami menantikan kerja sama yang baik dengan Pemerintah Indonesia dan dengan mitra kami yang kuat, PLN,” bebernya.
Sebagai mitra pengembang pabrik green ammonia dan green hydrogen, Pupuk Indonesia dan anak usahanya, Pupuk Iskandar Muda akan mendapatkan produksi amonia yang lebih bersih. (*)
Editor: Rezkiana Nisaputra