Jakarta – PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) memulai proyek pengembangan lapangan OO-OX yang dikelola perusahaan di lepas pantai Laut Jawa.
Hal ini ditandai dengan melakuka first cut of steel atau pemotongan pertama lempeng platform lepas pantai sebagai pertanda dimulainya fabrikasi Anjungan OOA di Bintan, Kepulauan Riau, beberapa waktu lalu.
General Manager PHE ONWJ Muzwir Wiratama menegaskan, keselamatan dan kualitas tetap menjadi prioritas utama dalam proyek ini.
Baca juga : Komisi XII DPR Berkunjung ke Pertamina EP Field Tambun, Ada Apa?
“Prinsip Safer, Faster, Better menjadi landasan utama Perusahaan. Kami berkomitmen untuk menyelesaikan proyek ini sesuai jadwal dengan standar kualitas tinggi, andal dan memprioritaskan aspek keselamatan kerja,” katanya, dikutip Senin, 18 November 2024.
Ia mengatakan, lingkup fabrikasi ini mencakup 200 metrik ton jacket atau fondasi anjungan dan 500 metrik ton anjungan bagian atas (topside), yang dilakukan PT Meindo Elang Indah, mitra kerja PHE ONWJ.
“Jadwal fabrikasi berlangsung lebih awal dari jadwal, yang mencerminkan komitmen kuat PHE ONWJ dalam mendukung pencapaian ketahanan energi nasional serta perekonomian lokal,” jelasnya.
Baca juga : Jurus PHE ONWJ Optimalkan Produk UMKM Berdaya Jual Tinggi
Kegiatan first cut fabrikasi sendiri dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan terkait, di antaranya SKK Migas, PT PHE selaku Subholding Upstream, Pertamina Subholding Upstream Regional Jawa, Kepala Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Bintan, Perwakilan Kepala Bea Cukai Tanjung Pinang, serta pemerintah daerah setempat.
Lanjutnya, setelah fabrikasi selesai, tahap selanjutnya adalah sail-away anjungan ke lokasi kerja, yang rencananya akan dilakukan pada Juni 2025. Proses ini meliputi pengangkutan dan pengiriman Anjungan OOA menuju Laut Jawa.
Diketahui, pengembangan Lapangan OO-OX sendiri adalah proyek optimalisasi lapangan minyak dan gas di lepas pantai utara Jawa yang diproyeksikan akan meningkatkan produksi minyak hingga 2.996 barel per hari (BOPD) dan gas bumi sebesar 21,26 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).
Selain fabrikasi Anjungan OOA, proyek ini juga mencakup pengembangan fasilitas tambahan di Onshore Processing Facility (OPF) Balongan, yang bertujuan untuk mempercepat proses penyimpanan produksi. (*)
Editor: Galih Pratama