Jakarta – PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) kembali menunjukkan komitmennya dalam mendukung percepatan transisi energi bersih nasional. Komitmen ini tecermin dari keberhasilannya melakukan sinkronisasi perdana Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Lumut Balai Unit 2 di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan.
Sinkronisasi perdana tersebut dilakukan pada kapasitas awal sebesar 10 persen dari total daya terpasang PLTP Lumut Balai Unit 2, yang dirancang mencapai 55 megawatt (MW).
Tahapan itu juga menandai pertama kalinya listrik dari unit pembangkit disalurkan ke jaringan listrik PLN. Proses tersebut merupakan bagian penting menuju tahap operasi komersial penuh atau commissioning operation date (COD) yang ditargetkan pada akhir Juni 2025.
Baca juga: Pertamina Geothermal (PGEO) Sukses Bukukan Kinerja Solid di Awal 2025, Ini Rinciannya
Direktur Operasional PGEO, Ahmad Yani, menyampaikan bahwa pencapaian itu merupakan bukti dari efektivitas pengelolaan proyek yang konsisten dengan arah strategis perusahaan dalam mendorong dekarbonisasi.
Menurutnya, sinkronisasi ini merupakan langkah penting di mana listrik dari pembangkit mulai disalurkan ke jaringan listrik PLN, serta merupakan milestone penting yang menunjukkan progres proyek berada di jalur yang tepat.
“Kami berkomitmen untuk menyelesaikan tahap COD sesuai target waktu dan menghadirkan kontribusi nyata terhadap bauran energi bersih nasional,” ucap Ahmad Yani dalam keterangan resmi dikutip pada Senin, 16 Juni 2025.
Tambahan Daya dan Manfaat Bagi Energi Nasional
Adapun dengan hadirnya PLTP Lumut Balai Unit 2 akan menambah kapasitas panas bumi di Area Lumut Balai sebesar 55 MW, sehingga total kapasitas area ini mencapai 110 MW.
Nantinya, unit ini diproyeksikan dapat memproduksi sekitar 481 gigawatt hour (GWh) listrik per tahun.
Jumlah tersebut setara dengan pemenuhan kebutuhan listrik harian lebih dari 252 ribu rumah tangga, mendukung sekitar 396 perjalanan kereta cepat Jakarta–Bandung (Whoosh), mengisi penuh sekitar 23.700 mobil listrik, atau menopang operasional sekitar 2 hingga 5 data center bertipe hyperscale.
Baca juga: PGEO dan Sinopec Star Jalin Kerja Sama Pengembangan Energi Panas Bumi
Dengan tercapainya tahapan ini, PGEO akan mulai menghasilkan pendapatan dari penyaluran listrik ke jaringan PLN. Hal ini menandai dimulainya kontribusi langsung proyek terhadap kinerja keuangan perusahaan.
“Adanya tambahan kapasitas ini berpotensi untuk mengurangi emisi karbon hingga 280.000 ton CO2 per tahun, sekaligus mendukung upaya pencapaian target bauran energi 23 persen pada 2025 serta komitmen menuju Net Zero Emission (NZE) 2060,” tambahnya.
Target Jangka Panjang dan Proyek Strategis
Di samping itu, perusahaan menargetkan peningkatan kapasitas menjadi 1 GW dalam dua tahun mendatang, dan mencapai 1,7 GW pada 2034. Selain itu, PGEO juga tengah mengembangkan beberapa proyek strategis lainnya seperti PLTP Hululais Unit 1 dan 2 (110 MW), serta sejumlah proyek co-generation berkapasitas total 230 MW.
PGE juga telah mengidentifikasi potensi sumber daya panas bumi sebesar 3GW dari 10 Wilayah Kerja Panas (WKP) yang dikelola secara mandiri-menunjukan peran perusahaan dalam mendorong ketahanan dan keberlanjutan energi nasional. (*)
Editor: Yulian Saputra