Jakarta – PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) terus menunjukkan resiliensi serta komitmennya dalam mengembangkan potensi panas bumi di Indonesia selama 17 tahun beroperasi.
Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy Tbk, Julfi Hadi mengatakan mengawali tahun 2023, tepatnya pada Februari, perseroan melakukan initial public offering (IPO).
“Aksi korporasi terbesar ke-5 di bursa saham ini mencatatkan performa yang sangat baik dengan pendapatan Rp9,05 triliun serta oversubscription hingga 3,81 kali,” ujarnya, dikutip Rabu (13/12).
Baca juga: Sucor Sekuritas Prediksi Kinerja PGEO Bakal Moncer, Ini Pendorongnya
Diketahui, hingga 11 Desember 2023, saham PGEO berhasil naik 20,54 persen dengan market capitalization sebesar Rp48,4 triliun.
“Pencapaian ini mencerminkan kepercayaan investor terhadap kemajuan energi terbarukan, khususnya panas bumi di Indonesia, selama beroperasi kami mencoba untuk accelerate but realistically,” lanjutnya.
Lanjutnya, selama beroperasi sendiri, perseroan berhasil mengatasi tantangan akselerasi bisnis.
“Bottlenecktersebut kami atasi dengan melakukan perubahan model bisnis yang mampu memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan produksi Perseroan,” ungkapnya.
Selain itu kata dia, ekspansi juga menjadi prioritas utama Perseroan hingga dua tahun mendatang. Di 2023 ini, PGEO memiliki ambisi untuk menjadi 1 GW company yang akan tercapai pada 2025.
“Dengan strategi quick wins dan penerapan teknologi co-generation di beberapa area, saat ini Perseroan sedang berproses untuk mencapai target tersebut, tentunya dengan bantuan optimalisasi value creation,” jelasnya.
Lebih lanjut, PGEO juga berkolaborasi dengan Pertamina NRE dan Pertamina Patra Niaga untuk mendorong komersialisasi karbon dengan memasok kredit karbon ke agregator utama Pertamina Geothermal Energy, yaitu Pertamina New Renewable Energy (PNRE) pada bursa karbon Indonesia.
Terkait komersialisasi karbon, Julfi menjelaskan, pada tahun ini PGEO sudah membukukan pendapatan kredit karbon sebesar USD 732 ribu.
“Ini merupakan pendapatan perdana dari bursa karbon Indonesia,” terangnya.
Di kancah global, pada tahun ini PGEO semakin agresif melakukan ekspansi dengan bermitra bersama Africa Geothermal International Limited (AGIL) untuk mengembangkan potensi panas bumi 140 MW pada konsesi Longonot, Kenya, serta Geothermal Development Company (GDC) untuk mengembangkan potensi panas bumi 3 x 100 MW pada konsesi Suswa, Kenya.
Buktikan keseriusan dalam pengembangan potensi panas bumi, beberapa waktu lalu Perseroan membentuk Joint Venture Company (JVC) dengan Chevron New Energies Holdings Indonesia Ltd. (Chevron) untuk mengembangkan WKP Way Ratai, Lampung.
Baca juga: Dorong Pembiayaan Berkelanjutan, Perbankan Butuh Kolaborasi dan Dukungan Lintas Sektoral
“Perusahaan yang diberi nama PT Cahaya Anagata Energy ini mencerminkan komitmen kedua belah pihak dalam mengembangkan Energi Baru Terbarukan (EBT) sebagai energi masa depan,” ungkap Julfi.
Secara fundamental, Julfi mengatakan, pada tahun ke-17 ini perseroan berada dalam posisi solid untuk terus berkembang.
“Hal ini dibuktikan dengan capaian laba bersih sebesar USD133,4 juta pada kuartal III-2023. Angka ini melampaui raihan laba sepanjang tahun 2022 yang pada saat itu mencapai USD 127,3 juta,” pungkasnya. (*)
Editor: Galih Pratama