Jakarta – Pertumbuhan ekonomi selama 5 tahun terakhir masih belum menunjukkan peningkatan yang signifikan. Di mana yang paling tertinggi hanya berada di atas 5 persen. Namun, impian untuk menjadi negara maju membutuhkan tingkat pertumbuhan ekonomi tumbuh di kisaran 6-7 persen.
Secara rinci, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pertumbuhan ekonomi di tahun 2019 sebesar 5,02 persen. Kemudian, merosot pada tahun 2020 yang terkontraksi -2,07. Hal ini disebabkan adanya pandemi Covid-19 yang menghambat laju pertumbuhan.
Selanjutnya, di tahun 2021 ekonomi mulai pulih dengan capaian pertumbuhan ekonomi sebesar 3,70 persen. Adapun, tahun 2022 dan 2023 pertumbuhan ekonomi kembali di atas 5 persen, yakni masing-masing sebesar 5,31 persen dan 5,05 persen.
Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi RI 2023 Melambat, BPS Ungkap Biang Keroknya
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan untuk mencapai Indonesia menjadi negara maju, maka harus meningkatlan ICOR (incremental capital output ratio) di angka 4.
“ICOR kita dibandingkan negara lain kita masih tinggi, di sekitar angka 6 lebih sedikit. Nah kalau kita bisa turunkan ke angka 4, maka pertumbuhan kita akan tumbuh ke 6 dan 7 persen,” ujar Airlangga dalam Konferensi Pers, Senin 5 Februari 2024.
Meski demikian, Airlangga menyatakan bahwa ini merupakan hal yang wajar, pasalnya Indonesia sedang membangun infrastruktur yang memerlukan waktu untuk merasakan dampaknya.
Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi 2023 Masih Jawa Sentris, Segini Kontribusinya
“Infrastruktur itu tidak langsung tapi makan waktu. Dan saya yakin begitu infrastruktur semua terbangun, kemudian kita punya logistik akan lebih baik, maka kita bisa menggenjot pertumbuhan dengan perbaikan ICOR,” katanya.
Selanjutnya, dia menambahkan, sektor perdagangan juga harus menjadi perhatian. Di mana sektor perdagangan merupakan bagian kelanjutan dari industri. Sehingga, bila sudah adanya integrasi antara industri manufaktur dengan industri perdagangan maka diharapakan pertumbuhan ekonomi akan moncer mencapai target 6-7 persen.
“Nah kalau kita satukan maka itu kontribusi dari kedua sektor tersebut mendekati 31 persen. Jadi itu relatif solid dan kuat,” tutupnya. (*)
Editor: Galih Pratama