oleh Agung Galih Satwiko
PASAR saham di Asia hari kemarin ditutup melemah masih akibat BOJ tidak memutuskan tambahan stimulus apapun. Indeks Shanghai Composite turun 0,3% sementara Hang Seng Hong Kong turun 1,5% Nikkei Jepang libur). Di Eropa, FTSE 100 Inggris turun 1,27%, dan S&P 500 di AS turun 1,26%.
Ekonomi Taiwan tumbuh tipis yaitu sebesar 0,19% pada Q1 2016 dibandingkan Q4 2015 yang tumbuh sebesar 0,54%. Adapun secara tahunan pertumbuhan ekonomi Q1 2016 tercatat kontraksi yaitu minus 0,84%. Ekonomi Taiwan sangat bergantung pada China, dimana China merupakan pangsa ekspor terbesarnya. Melambatnya pertumbuhan ekonomi China sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Taiwan. Bank sentral Taiwan telah tiga kali menurunkan tingkat bunga acuan dalam setahun terakhir, namun dampaknya terhadap ekonomi Taiwan belum signifikan. Sementara itu data China official factory PMI bulan April tercatat sebesar 50,1.
Pertumbuhan ekonomi Zona Eropa Q1 2016 naik 0,6% secara triwulanan (qoq), dan 1,6% secara tahunan (yoy). Pertumbuhan ekonomi tersebut lebih baik dibandingkan Q4 2015 yang tercatat sebesar 0,3% (qoq), namun tidak lebih baik jika dihitung secara tahunan yang waktu itu mencapai 2,2% (yoy). Pertumbuhan ekonomi Q1 2016 ditopang oleh membaiknya sector ketenagakerjaan meskipun belum cukup untuk menjamin tercapainya target inflasi 2%. Inflasi zona Eropa bulan April tercatat minus 0,2% (deflasi), angka sementara. Secara terpisah, pertumbuhan ekonomi Perancis dan Spanyol Q1 2016 tercatat masing-masing sebesar 0,5% dan 0,8% (qoq).
Masih dari Eropa, kepercayaan konsumen di UK menjelang referendum menurun ke level terendah dalam setahun terakhir. Kepercayaan konsumen di UKU turun 3 poin di bulan April menjadi minus 3, level terendah sejak akhir 2014. Penurunan ini diakibatkan oleh konsumen yang tidak merasa yakin dengan ekonomi UK sekiranya memutuskan untuk keluar dari EU (Brexit). Perdana Menteri David Cameron menyatakan pandangannya bahwa keluar dari EU akan membuat UK lebih miskin. Namun pendukung Brexit menyebutkan bahwa keluar dari EU akan membuat UK lebih mudah dan lebih bebas melakukan perjanjian ekonomi dengan Negara-negara berkembang.
Dari AS, data belanja konsumen bulan Maret hanya naik 0,1% dibandingkan bulan sebelumnya, menunjukkan konsumen AS tidak banyak melakukan belanja. Meskipun penghasilan tercatat meningkat 0,4%, namun konsumen masih cenderung berhati-hati dalam melakukan belanja. Tabungan justru meningkat di bulan Maret, tumbuh 5,4% dibandingkan bulan sebelumnya. Inflasi di bulan Maret yang diukur menggunakan PCE index (indeks inflasi yang menjadi preferensi the Fed) tercatat sebesar 0,8% di bulan Maret (yoy). Turun dibandingkan bulan Februari yang tercatat sebesar 1% (yoy). Sedangkan core PCE index tercatat sebesar 1,6% (yoy).
Sementara itu data Chicago Purchasing Managers Index (Chicago PMI). Bulan April turun 3,2 poin ke level 50,4. Level ini masih menunjukkan ekspansi, namun demikian ekspansi cenderung terbatas. Indeks ini berada di sekitar 50 dalam setahun terakhir.
Harga minyak dunia ditutup turun setelah data produksi minyak OPEC bulan April naik 484.000 barrel per hari, menjadi 33,2 juta barrel per hari. Data ini dan juga profit taking para trader membuat harga WTI crude Nymex untuk pengiriman Juni turun USD0,1 (0,2%) ke level USD45,9 per barrel. Sementara Brent crude London’s ICE untuk pengiriman Juni relatif tetap di level USD48,1 per barrel.
Yield UST turun setelah data inflasi AS yang masih rendah dan berada di sekitar ekspektasi pelaku pasar. Yield UST 10 tahun turun 2 bps ke level 1,82%. Sejak awal tahun ini, yield UST 10 tahun telah turun 45 bps (akhir tahun lalu 2,27%). Sementara itu yield UST 30 tahun turun 3 bps ke level 2,66%. Di Eropa, yield German bund tenor 10 tahun naik 2 bps ke level 0,27%.
Pasar SUN ditutup melemah, yield SUN tenor 10 tahun naik 10 bps ke level 7,74%. Yield SUN tenor 10 tahun telah turun 100 bps sejak akhir tahun lalu yang tercatat sebesar 8,74%. IHSG ditutup turun 10 poin (0,2%) ke level 4.838. Investor asing membukukan net sell sebesar Rp385 miliar, sehingga year to date investor asing membukukan net buy sebesar Rp4,4 triliun. Sejak awal tahun, IHSG membukukan peningkatan indeks sebesar 5,3% (IHSG akhir tahun lalu sebesar 4.593,00). Sementara itu, nilai tukar Rupiah menguat Rp10 ke level Rp13.180 per Dolar AS. NDF 1 bulan melemah Rp29 ke level Rp13.265 per Dolar AS. Sementara itu persepsi risiko turun, CDS 5 tahun turun 1 bps ke level 190 bps. CDS Indonesia 5 tahun telah turun 40 bps sejak akhir tahun lalu yang tercatat sebesar 230 bps. (*)
Penulis adalah staf Wakil Ketua DK OJK