Poin Penting
- AMRO menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Asia menjadi 4,1 persen pada 2025 dan 3,8 persen pada 2026
- Inflasi stabil, kebijakan moneter akomodatif, serta cadangan devisa yang solid menopang prospek ekonomi kawasan
- Neraca perdagangan Indonesia Agustus 2025 surplus USD5,49 miliar, tertinggi dalam 64 bulan berturut-turut, ditopang ekspor nonmigas ke AS, India, dan Filipina.
Jakarta – Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia diperkirakan akan lebih kuat dari perkiraan sebelumnya, didorong oleh meningkatnya permintaan domestik dan percepatan ekspor menjelang penerapan tarif baru.
Mengutip Bloomberg, lembaga riset regional ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO) menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Asia menjadi 4,1 persen pada 2025 dan 3,8 persen pada 2026. Angka ini lebih tinggi dibandingkan proyeksi pada Juli lalu yang masing-masing sebesar 3,8 persen dan 3,6 persen, serta hanya sedikit di bawah laju pertumbuhan 4,3 persen yang tercatat pada 2024.
Kepala Ekonom AMRO, Dong He, mengatakan bahwa stabilitas kesepakatan perdagangan menjadi salah satu faktor penting yang memperbaiki prospek ekonomi kawasan.
“Kesepakatan perdagangan telah menstabilkan ekspektasi, yang seharusnya mendukung pertumbuhan ekspor,” ujarnya, Kamis (9/10).
Ia menambahkan bahwa ekonomi global secara keseluruhan masih mampu bertahan meski menghadapi ketidakpastian akibat kebijakan perdagangan.
Baca juga: Kejar Target Ekonomi 8 Persen, Rosan Tekankan Kolaborasi Lintas Sektor
Optimisme itu juga didorong oleh kinerja ekonomi Asia yang lebih baik dari perkiraan pada paruh pertama tahun ini. Para eksportir bergegas mengirimkan barang ke Amerika Serikat sebelum kenaikan tarif besar diberlakukan.
Pemerintahan Donald Trump telah mengumumkan beberapa kesepakatan dagang dengan negara seperti Jepang, meskipun perundingan jangka panjang dengan China dan sejumlah mitra lainnya masih berlangsung.
AMRO menilai permintaan konsumen dan dunia usaha, baik di dalam negeri maupun dari luar Amerika Serikat, akan tetap menjadi penopang utama pertumbuhan Asia ke depan.
Sejalan dengan itu, lembaga tersebut juga merevisi naik proyeksi ekonomi di sebagian besar negara, termasuk China, Jepang, dan beberapa ekonomi Asia Tenggara seperti Vietnam. Hanya Kamboja dan Brunei yang mengalami revisi turun dalam proyeksi pertumbuhan 2025.
AMRO juga mencatat bahwa inflasi di sebagian besar negara Asia kini sejalan dengan target bank sentral masing-masing, sehingga memungkinkan otoritas moneter mempertahankan kebijakan yang akomodatif.
Selain itu, negara-negara di kawasan dinilai masih memiliki cadangan devisa yang kuat, meski nilai tukar mengalami fluktuasi dalam beberapa bulan terakhir.
Meski demikian, AMRO mengingatkan bahwa ketidakpastian kebijakan Amerika Serikat, termasuk potensi penerapan tarif baru terhadap komponen penting seperti semikonduktor, masih menjadi salah satu risiko utama yang dapat menghambat prospek pertumbuhan ekonomi Asia ke depan.
Surplus Neraca Perdagangan Indonesia Naik Jadi USD5,49 Miliar di Agustus 2025
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2025 mencatatkan surplus sebesar USD5,49 miliar, meningkat dibandingkan Juli 2025 yang sebesar USD4,17 miliar. Capaian ini menandai tren surplus selama 64 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Surplus nonmigas bahkan mencapai USD7,15 miliar, tertinggi sejak November 2022.
Secara kumulatif, neraca perdagangan Januari-Agustus 2025 membukukan surplus USD41,21 miliar, naik dari USD32,69 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Surplus nonmigas terutama disumbang oleh perdagangan dengan Amerika Serikat sebesar USD14,09 miliar, India USD9,47 miliar, dan Filipina USD5,81 miliar.
Nilai ekspor Indonesia pada Agustus 2025 tercatat USD24,96 miliar, naik 0,87 persen dibanding Juli 2025 dan tumbuh 5,78 persen dibanding Agustus 2024. Ekspor nonmigas naik 6,68 persen, sementara ekspor migas turun 10,88 persen secara tahunan. Dari total ekspor itu, USD1,07 miliar berasal dari migas dan USD23,89 miliar dari nonmigas.
Baca juga: Neraca Perdagangan Indonesia Surplus USD5,49 Miliar pada Agustus 2025
Secara kumulatif, ekspor Januari-Agustus 2025 mencapai USD185,13 miliar, naik 7,72 persen dibanding periode yang sama 2024, ditopang oleh ekspor nonmigas yang tumbuh 9,15 persen menjadi USD176,09 miliar.
Di sisi lain, impor Indonesia pada Agustus 2025 tercatat USD19,47 miliar, turun 5,35 persen dibanding Juli 2025 dan turun 6,56 persen dibanding Agustus 2024. Impor migas tercatat USD2,73 miliar, sedangkan nonmigas USD16,74 miliar.
Secara kumulatif, impor Januari-Agustus 2025 mencapai USD155,99 miliar, tumbuh 2,05 persen dibanding tahun sebelumnya, didorong oleh impor nonmigas yang naik 4,85 persen menjadi USD134,88 miliar dari USD128,64 miliar pada 2024. (*) Ari Nugroho









