Jakarta – Pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III-2022 yang sebesar 5,72% yoy, di luar ekspektasi dan konsensus para ekonom yang memperkirakan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal III-2022 sebesar 5% yoy sebagai skenario optimis.
“Ternyata realisasinya melampaui ekspektasi dan konsensus, dimana PDB kuartal III-2022 tumbuh 5,72% yoy sesuai rilis BPS hari ini,” ujar Ryan Kiryanto, Ekonom dan Co-Founder & Dewan Pakar Institute of Social, Economic and Digital (ISED), dalam pesannya yang diterima Infobank, Senin, 7 November 2022.
Menurutnya, di tengah pertumbuhan ekonomi tahunan yang terus meningkat, terdapat beberapa catatan penting yang perlu untuk dicermati. Antara lain, yaitu masih kuatnya konsumsi rumah tangga domestik yang tumbuh sebesar 5,39% sebagai penopang utama pertumbuhan PDB.
“Yang menarik, kontribusi konsumsi rumah tangga, meskipun tetap dominan, namun merosot dari biasanya berkisar 55-57%, sekarang hanya 50,38%,” jelas Ryan.
Namun demikian, penurunan kontribusi konsumsi rumah tangga secara persentase tersebut lantaran meningkatnya kontribusi pembentukan modal tetap bruto (PMTB) investasi langsung yang cukup signifikan.
Kemudian, pertumbuhan impor secara persentase melampaui pertumbuhan ekspor ke depannya harus diwaspadai di tengah menguatnya dolar AS, meskipun secara netto dari ekspor dan impor mampu mencatatkan surplus secara berkesinambungan.
Di lihat secara spasial atau kewilayahan, pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sumatera yang di bawah PDB nasional juga patut dicermati, lantaran kontribusi sektor perkebunan dan pertambangan di kawasan itu masih tetap dominan.
“Selain itu, PDRB Bali yang sudah di atas 6% atau di atas PDB nasional ini menggembirakan sebagai dampak meningkatnya aktivitas bisnis dan sosial di Bali yang juga didukung oleh mulai pulihnya kunjungan turis asing dan domestik,” pungkasnya.
Dari sisi sektor, semua sektor ekonomi atau lapangan usaha tumbuh positif, terutama sektor utama ekonomi yaitu pertanian, industri, dan perdagangan, dengan subsektor akomodasi, makanan dan minuman tumbuh paling signifikan.
“Semua ini sebagai dampak pelonggaran prokes (PPKM) yang mendorong lonjakan mobilitas orang dan barang lintaskota, lintaspropinsi dan lintaspulau. Ini mengkonfirmasi indeks keyakinan konsumen dan dunia usaha serta indeks PMI manufaktur yang ada di zona ekspansi,” katanya.
Sedangkan, penurunan hanya sektor kesehatan yang terkontraksi seiring melandainya kasus covid-19 dan meningkatnya persentase populasi yang divaksin.
“Alhasil, selama tiga kuartal di tahun ini PDB tahunan konsisten tumbuh di atas 5%, yang membuat optimisme bahwa PDB Indonesia 2022 fiscal year (FY) akan tumbuh 5,3% sampai 5,4% yoy dimana outlook PDB kuartal IV-2022 berkisar 5,3% sampai 5,5% yoy,” tukasnya.
Ryan pun menegaskan, capaian kinerja ekonomi yang baik, resilien dan berkelanjutan itu merupakan resultan atau hasil dari kebijakan ekonomi, fiskal dan moneter yang harmonis, sinergis dan antisipatif (preemptive). (*)Irawati