Jakarta – Keputusan Bank Indonesia (BI) yang kembali menaikkan suku bunga acuan miliknya pada bulan September dinilai sebagai langkah tepat untuk kembali stabilkan nilai tukar rupiah. Namun dibalik kebijakan tersebut sepertinya menyimpan kegundahan sang Gubernur BI Perry Warjiyo.
Perry menyebut, dirinya pribadi tidak ingin terus menerus menaikan suku bunga acuan, namun itu harus dilakukan karena tekanan global yang semakin tidak menentu.
“Sejujurnya saya tidak suka kenaikan bunga. Tapi kalau deras, aliran keluar terus, kita harus pre-emptive,” kata Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo di Kompleks DPR RI Jakarta, Rabu 3 Oktober 2018.
Baca juga: Kenaikan Suku Bunga Diprediksi Memperlambat Pertumbuhan Ekonomi di 5,1%
Perry menambahkan, aliran modal keluar saat ini sudah begitu deras. Oleh karena itu pihaknya mencoba untuk membuat pasar keuangan Indonesia lebih menarik dengan menaikan suku bunga acuannya.
“Suku bunga luar negeri naik, kita takar dulu. Inflasi rendah sebenarnya tidak perlu naikan bunga. Tapi sekarang investasi portofolio susah. Salah satunya, menakar suku bunga cukup menarik,” tambah Perry.
Sebelumnya, sepanjang 2018 BI telah menaikkan suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate sebanyak 150 bps pada bulan Mei Juni, Agustus dan September sehingga kini berada di level 5,75%. Namun sepertinya kebijakan tersebut belum dapat memulihkan nilai tukar rupiah. (*)