Permintaan Masih Lemah, Kredit Nganggur Tembus Rp2.509,4 Triliun di November 2025

Permintaan Masih Lemah, Kredit Nganggur Tembus Rp2.509,4 Triliun di November 2025

Poin Penting

  • Undisbursed loan perbankan pada November 2025 mencapai Rp2.509,4 triliun atau 23,18 persen dari total plafon kredit, mencerminkan penyaluran kredit yang belum optimal.
  • Pertumbuhan kredit November 2025 tercatat 7,74 persen yoy, dipengaruhi sikap wait and see pelaku usaha, optimalisasi pembiayaan internal korporasi, serta penurunan suku bunga kredit yang masih melambat.
  • Dari sisi penawaran, perbankan memiliki ruang besar menyalurkan kredit, tercermin dari AL/DPK 29,67 persen dan DPK tumbuh 12,03 persen.

Jakarta – Bank Indonesia (BI) menyebut fasilitas kredit yang belum dicarikan (undisbursed loan) atau kredit menganggur di perbankan cenderung meningkat. Pada November 2025, angkanya mencapai Rp2.509,4 triliun.

“Fasilitas pinjaman yang belum dicairkan (undisbursed loan) pada November 2025 masih besar, yaitu mencapai Rp2.509,4 triliun atau 23,18 persen dari plafon kredit yang tersedia,” kata Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia, dalam konferensi pers hasil RDG BI, Rabu, 17 Desember 2025.

Perry mengungkapkan, peran kredit perbankan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi masih perlu terus ditingkatkan. Permintaan kredit yang masih belum kuat antara lain dipengaruhi perilaku pelaku usaha yang wait and see, optimalisasi pembiayaan internal oleh korporasi, dan penurunan suku bunga kredit yang masih melambat.

Baca juga: Jaga Stabilitas Rupiah, BI Tahan Suku Bunga Acuan di Level 4,75 Persen

BI mencatat, kredit perbankan pada November 2025 tumbuh 7,74 persen year on year (yoy), naik tipis dari 7,36 persen di bulan sebelumnya.

Sementara, dari sisi penawaran, kapasitas pembiayaan bank terbilang sangat memadai. Ini tercermin dari rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) yang meningkat menjadi sebesar 29,67 persen dan dana pihak ketiga (DPK) yang tumbuh sebesar 12,03 persen pada November 2025.

Tren ini juga ditopang oleh ekspansi likuiditas moneter dan pelonggaran kebijakan insentif makropudensial (KLM) BI, serta ekspansi keuangan pemerintah, termasuk penempatan dana pemerintah pada beberapa bank besar.

Perry melanjutkan, sebenarnya minat penyaluran kredit perbankan masih cukup baik. Ini terefleksi dari persyaratan pemberian kredit (lending requirement) yang semakin longgar, kecuali pada segmen kredit konsumsi dan UMKM.

Kedua segmen itu memang tengah mengalami peningkatan risiko kredit. Kondisi itu berdampak pada kredit UMKM yang mengalami koreksi tipis 0,64 persen pada November 2025.

Baca juga: OJK Ringankan Beban Debitur Bencana Sumatra, Kredit hingga Rp10 M Diperlakukan Khusus

BI memproyeksikan pertumbuhan kredit pada 2025 berada di batas bawah kisaran 8-11 persen. Pertumbuhannya diyakini akan lebih baik pada 2026.

BI, kata Perry, akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan KSSK untuk mendorong pertumbuhan kredit atau pembiayaan perbankan, serta memperbaiki struktur suku bunga. (*) Ari Astriawan

Related Posts

News Update

Netizen +62