Jakarta – Suntech, produsen panel surya dengan kapasitas global mencapai 25 gigawatt (GW), menyatakan komitmen membangun pabrik manufaktur panel surya di Indonesia. Pabrik berkapasitas 2 GW itu ditargetkan beroperasi akhir tahun ini.
Suntech juga mengajak perusahaan-perusahaan dalam rantai pasoknya berinvestasi di Indonesia. Langkah ini dilakukan untuk mempercepat pengembangan industri energi baru terbarukan (EBT), dengan peningkatan tingkat komponen dalam negeri (TKDN).
Penandatanganan kerja sama antara Suntech Indonesia dan rantai pasoknya, diwakili langsung oleh Chairman Suntech, Wu Fei, dilakukan di sela-sela acara diskusi panel Road To ISF 2024: The Future of Energy Value Chains in The Regional Low-Carbon Economy Development, di Jakarta, beberapa hari lalu.
Langkah strategis Suntech mempekuat rantai nilai industri panel surya Indonesia diharapkan tidak hanya untuk mencapai target bauran energi terbarukan, tapi juga menandakan bahwa Indonesia menguasai teknologi PLTS yang kompetitif.
Baca juga: Bahlil Pastikan Perusahaan AS Bakal Bangun Pabrik Panel Surya di RI Senilai Rp7,5 T
“Indonesia akan menjadi fokus kami sebagai salah satu produsen panel surya terbesar di dunia, dengan kapasitas dan jaringan rantai pasok Suntech, kita akan mendukung program pemerintah Indonesia untuk membangun ketahanan energi dalam peningkatan daya saing industri di Indonesia,” tegas Wu Fei, dikutip dalam keterangan resmi, Jum’at, 23 Agustus 2024.
Untuk memenuhi kebutuhan panel surya yang dapat mencapai puluhan gigawatt setiap tahunnya, Indonesia harus mampu memproduksi setidaknya sel dan panel surya, khususnya yang memiliki bankability atau kelayakan pembiayaan sesuai Tier 1 lembaga pemeringkat global Bloomberg New Energy Finance (BNEF) sehingga pengguna produknya terjamin sepanjang 25 tahun.
Maka itu, kehadiran industri ini harus ditopang dengan penguatan rantai pasok teknologi sel surya, yang semakin ke arah hulu yaitu polisilikon, ingot dan wafer, dan komponen lainnya, terutama low iron tempered glass.
“Kedepan, teknologi dan rantai pasok industri solar panel dan baterai energy storage harus berkembang di Indonesia. Listrik dari PLTS yang dihasilkan di Indonesia idealnya harus berasal dari panel surya yang dibuat di Indonesia. Indonesia harus mampu menjadi hub manufaktur di tengah transisi energi nasional dan dunia,” kata Rachmat Kaimuddin, Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenkomarves RI dalam keynote speech-nya.
Sebelumnya, pemerintah Indonesia berencana membangun jaringan transmisi kelistrikan dari wilayah Sumatera, Jawa, Kepulauan Riau, Batam, hingga Singapura, seiring dengan rencana ekspor elektron atau listrik hijau ke Singapura sebesar 2 GW.
Baca juga: Xinyi Glass China Bakal Bangun Pabrik Kaca dan Panel Surya di Batam, Segini Nilai Investasinya
“Dengan memanfaatkan peta jalan TKDN, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi hub manufaktur energi terbarukan di kawasan ini, termasuk proyek listrik lintas batas ke Singapura,” ujar Dharsono Hartono, Ketua KADIN Net Zero Hub.
Sementara Shinta W. Kamdani, WKU Koordinator Bidang Kemaritiman, Investasi, dan Luar Negeri KADIN Indonesia, mengatakan, investasi Suntech Indonesia dan rantai pasoknya bisa menjadi strategi percepatan pengembangan industri manufaktur panel surya dalam negeri. Ini akan menciptakan nilai tambah hulu ke hilir dalam transisi energi. Biayanya pun kan lebih terjangkau.
“Dengan adanya industri PLTS domestik, maka bisnis-bisnis ini dan ratusan bisnis lainnya di seluruh Indonesia mendapat akses listrik yang lebih murah, lebih bersih sehingga mampu membantu mereka memenuhi komitmen internasional dan memastikan tercapainya target Net Zero Emission-nya,” ujarnya. (*) Ari Astriawan