Poin Penting
Bali – Kemajuan teknologi digital bak pedang bermata dua: satu sisi menawarkan inovasi dalam layanan, keamanan, dan efisiensi, di sisi lain membuka pintu masuk kejahatan siber baru dengan teknologi yang semakin canggih. Industri perbankan yang menjadi salah satu target utama serangan siber harus terus mengembangkan sistem keamanan yang lebih adaptif.
Berdasarkan data perusahaan keamanan siber global, Kaspersky, sepanjang tahun 2024 lebih dari 300 juta serangan siber berhasil dideteksi dan dihentikan secara global. Dari jumlah tersebut, 62 juta serangan atau sekitar 21 persen terjadi di kawasan Asia Pasifik. Secara khusus, ada 1,8 juta malware yang menyerang sektor perbankan dunia, dengan 219 ribu di antaranya tercatat di Asia Pasifik.
Di Indonesia, Kaspersky mendeteksi 20 juta serangan siber sepanjang 2024, dengan 649 ribu di antaranya menargetkan sektor perbankan. Memasuki tahun 2025, Kaspersky telah menemukan 3 juta ancaman siber kuartal pertama (Q1) 2025. Pada periode Januari-Maret 2025, produk Kaspersky mendeteksi 3.269.174 ancaman siber yang berasal dari internet pada komputer partisipan KSN (Kaspersky Security Nertwork) di Indonesia.
Baca juga: PT Rintis Sejahtera Siap Gelar Prima Executive Gathering 2025
Temuan Kaspersky tak berbeda dengan hasil temuan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN). Berdasarkan hasil temuannya, hingga pertengahan 2025 serangan siber di Indonesia tercatat 5.838.237 aktivitas anomali jenis ransomware, dan 9.304.727 aktivitas Advanced Persistent Threat (APT) berhasil terdeteksi.
Di tengah darurat serangan siber ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menekankan pentingnya penguatan tata kelola keamanan informasi dan perlindungan konsumen bagi sektor perbankan. Hal ini menjadi kunci dalam menjaga kepercayaan publik di era digital. Bank perlu mengembangkan strategi digital yang agile dan terukur, tidak hanya dalam aspek efisiensi saja, namun hal tersebut sebagai jawaban atas ekspektasi nasabah yang semakin kompleks.
Menjawab tantangan ini, PT Rintis Sejahtera (RINTIS) mengambil tema “Beyond Resilience: Accelerating Impact – Progressive Growth” dalam event Prima Executive Gathering 2025 (PRIMA Executive Meeting dan PRIMA Awards) yang akan digelar di The Mulia Resort, Nusa Dua, Bali, pada Kamis, 23 Oktober 2025.
Tema ini mencerminkan komitmen untuk memperkuat ketahanan siber melalui kolaborasi dan inovasi, sehingga mampu mempercepat dampak nyata bagi industri serta mendorong pertumbuhan yang progresif dan berkelanjutan.
Baca juga: AS Komplain Soal GPN dan QRIS, Bos Rintis: Ini Persaingan Bisnis
Event tahunan ini akan diikuti seluruh Mitra Jaringan PRIMA yang terdiri dari lebih dari 80 bank dan 200 mitra biller. Forum ini menjadi wadah strategis untuk memperkuat kolaborasi antara regulator, asosiasi, dan Penyedia Jasa Pembayaran (PJP) bank maupun non-bank dalam menghadapi ancaman digital yang kian canggih serta memanfaatkan peluang pertumbuhan di era transformasi.
“Kita menghadapi kejahatan digital yang sudah bertransformasi menjadi ekosistem terorganisasi. Mereka memiliki sumber daya, pola, bahkan kemampuan untuk menargetkan institusi keuangan. Karena itu, resiliensi tidak bisa dibangun sendiri. Harus ada kolaborasi lintas lembaga, antara pelaku industri dan regulator, untuk memperkuat sistem keamanan pembayaran,” ujar Direktur Utama PT. Rintis Sejahtera, Iwan Setiawan. (*) DW
Poin Penting Pollux Hotels Group menerbitkan obligasi berkelanjutan perdana dengan penjaminan penuh dan tanpa syarat… Read More
Poin Penting BRI membukukan laba bank only Rp45,44 triliun per November 2025, turun dari Rp50… Read More
Poin Penting Seluruh bank besar seperti BCA, BRI, Mandiri, BNI, dan BTN memastikan layanan perbankan… Read More
Poin Penting Bank Jateng membagikan dividen Rp1,12 triliun kepada Pemprov dan 35 kabupaten/kota di Jateng,… Read More
Poin Penting Perencanaan keuangan krusial bagi freelancer untuk mengelola arus kas, menyiapkan dana darurat, proteksi,… Read More
Poin Penting Pastikan kendaraan dan dokumen dalam kondisi lengkap dan prima, termasuk servis mesin, rem,… Read More