Jika dilihat data BPS, pertumbuhan ekonomi kuartal II 2017 tercatat 5,01 persen quartal to quartal (qtq), atau sama seperti kuartal sebelumnya. Namun melambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi kuartal II 2016 yang sebesar 5,18 persen (yoy). Jika diakumulasikan, selama semester pertama tahun ini pertumbuhan ekonomi sebesar 5,01 persen (yoy), juga melambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 5,05 persen (yoy).
Namun demikian, Darmin sempat mengatakan, menjamurnya bisnis online bukan menjadi faktor pertumbuhan ekonomi di semester I tahun ini melambat. Kendati begitu, dirinya tak memungkiri, memang tingkat konsumsi masyarakat tengah melemah tetapi bukan karena pengaruh dari beralihnya pola konsumsi masyarakat ke bisnis online atau e-commerce.
“Mungkin itu ada, tapi saya nggak yakin sebanyak itu. Saya lebih yakin tahun ini, akhir Juni sudah mulai Lebaran sehingga orang nunggu mau pulang kampung. Sehingga dia nunda konsumsi,” tegas Darmin.
Selama ini, kata dia, memang pemerintah belum bisa mendeteksi potensi dan sirkulasi kegiatan ekonomi pada sektor perdagangan daring. Pemerintah, juga masih mencoba mengembangkan gerbang pembayaran nasional atau national payment gateway untuk ekspansi bisnis di sektor e-commerce.
“National payment gateway-nya belum berkembang, jadi belum terlihat transaksi digital. Misalnya, toko-toko online itu belum terlihatlah. Idealnya bisa sih, tapi ternyata belum. Itu national payment gateway itu biar dikembangkan sama Bank Indonesia,” jelasnya.
Lebih lanjut Darmin mengungkapkan, bahwa faktor adanya pergeseran waktu Lebaran yang jatuh di bulan Juni membuat performa pertumbuhan ekonomi dan konsumsi masyarakat menjadi tertunda. Jika dibandingkan pada tahun lalu saat Lebaran jatuh pada Juli maka pergerakan pertumbuhan ekonomi cenderung sama. (*)