Jakarta – Pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2022 tercatat sebesar 5,31%, jauh diatas proyeksi IMF degan rata-rata pertumbuhan ekonomi global 3,4%. Namun disisi lain tingkat kemiskinan semakin bertambah, data terakhir per September 2022 tingkat kemiskinan naik menjadi 9,57% atau 26,36 juta orang meningkat 0,20 juta orang, Jika dibandingkan dengan Maret 2022 sebesar 9,54% atau sebanyak 26,16 juta orang.
Jika dilihat dari kualitas pertumbuhan ekonomi RI memang belum bagus karena masih banyak ketimpangan-ketimpangan yang terjadi. Peneliti Center of Macroeconomic and Finance Indef Abdul Manaf Pulungan mengatakan, secara keseluruhan target indikator sosial ini belum tercapai, baik di kemiskinan, penangguran, dan ketimpangan pendapatan.
Lanjutnya, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RJMN) 2019-2024 menargetkan angka kemiskinan sebesar 6,5% – 7%. Bila dirinci, dari tahun 2007 ke 2022 jumlah penduduk miskin cenderung turun tetapi naik ketika terjadi shock (goncangan) di dalam perekonomian global maupun domestik.
“Terutama pada kenaikan harga BBM. Kemiskinan berpengaruh karena tidak diantisipasi baik terhadap jumlah penduduk miskin. Tercermin di 2015, 2020 khusus yang terjadi karena pandemi, dan 2022 karena kenaikan harga minyak global yang di respon dengam kenaikan BBM,” kata Abdul di Jakarta, Selasa, 7 Februari 2023.
Dia menambahkan, dampak pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan dapat terasa jika sektor-sektor penyerap tenaga kerja tumbuh tinggi atau minimal setara dengan pertumbuhan output.
Sementara itu, dilihat dari penyerapan tenaga kerja menurut lapangan pekerjaan, sektor pertanian paling banyak menyerap tenaga kerja, yang berkotribusi sebesar 28,61%. Selanjutnya, perdagangan sebesar 19,36%, industri pengolahan sebesar 14,17% dan akomodasi & makan minum sebesar 7,10%.
“Jika kita ingin bertransformasi ke negara maju perlu upaya untuk mentransformasi di tenaga kerja,” jelasnya.
Kemudian, menurut data BPS, tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada Agustus 2022 mencapai 5,86% atau 8,42 juta orang, meningkat dari Februari 2022 yang sebanyak 8,40 juta orang atau 5,83%, dengan target RJMN 2019-2024 sebesar 4% – 4,6%. Selain itu, ketimpangan pendapatan pada Agustus 2022 sebesar 0,381, dengan target RJMN 2019-2024 sebesar 0,37 – 0,374.
“Artinya kualitas pertumbuhan ekonomi kita masih belum bagus, karena memang yang tumbuh tinggi itu justru sektor yang tidak menyerap tenaga kerja tinggi, khususnya di sektor jasa lainnya,” pungkasnya. (*)
Editor: Rezkiana Nisaputra