Jakarta – Perhimpunan Bank Perekonomian Rakyat Indonesia (Perbarindo), mengungkapkan adanya beberapa tantangan utama dalam Bank Perekonomian Rakyat (BPR) melakukan transformasi digital.
Ketua Umum Perbarindo, Tedy Alamsyah, menyebut tantangan yang pertama BPR transformasi digital adalah terkait dengan pengetahuan atau literasi digital nasabah masih relatif rendah.
Hal itu ia ungkapkan dalam Talkshow Infobank Digital dengan tema “Transformasi BPR di Tengah Ketatnya Persaingan dan Era Digitalisasi” secara virtual di Jakarta, 15 September 2023.
Baca juga: Ini 5 Hal yang Perlu Disoroti BPR untuk Hadapi Transformasi Digital
“Kami katakan demikian karena mungkin nasabah BPR ini masih mayoritas adalah pre baby boomer mungkin usianya udah di angka 55 tahun dan juga nasabah baby boomer atau di bawah 55 tahun sampai 40an katakanlah 50 tahun,” ucap Tedy.
Sehingga, nasabah-nasabah dari kalangan generasi X maupun milenial jumlahnya saat ini masih sangat sedikit, sehingga memicu tingkat literasi digital nasabah BPR masih cukup rendah.
Kemudian, Tedy menambahkan bahwa, masyarakat yang notabene adalah pre baby boomer dan baby boomer lebih menyukai transaksi secara tradisional, dimana uang tunai masih menjadi transaksi utama dalam kehidupan sehari-hari.
Baca juga: Ini Faktor Pendorong BPR ‘Wajib’ Bertransformasi Digital
“Kemudian masih banyak masyarakat tradisional yang lebih menyukai transaksi secara fisik, jadi kalau tidak terima duit cash ini tidak mantap, kata orang, karena ini mungkin memang kelompok nasabah kita masih didominasi adalah kelompok nasabah dari generasi baby boomer dan pra baby boomer,” imbuhnya.
Adapun, Tedy mengungkapkan hal yang juga masih menghambat adanya transformasi digital di industri BPR adalah terkait dengan infrastruktur yang masih kurang memadai. (*)
Editor: Galih Pratama