Banyak harapan, dengan semangat 212 yang sukses memenangkan pemilihan Gubernur DKI Jakarta, paling tidak masyarakat muslim juga bisa memenangkan perbankan syariah. Kali ini bukan soal halal dan haram, atau riba dan tidak riba. Yang harus dipikirkan ialah kemampuan umat Islam dalam memenangkan kompetisi dalam menguasai ekonomi.
Tidak mungkin perbankan syariah mendominasi ekonomi Indonesia jika perbankan syariah masih tertutup dan tidak terbuka bagi semua golongan. Nasabah syariah sudah seharusnya diterima dengan cara yang sama, kendati mereka berasal dari kelompok lain yang beda status agama dan golongannya.
Perbankan syariah harus terus meningkatkan service level dan yang terpenting ialah persoalan governance. Persoalan governance perbankan syariah menjadi hal penting sekarang ini. Jangan mentang-mentang bank umat Islam tidak bisa ditutup—karena faktor politik, maka mengelola bank syariah dengan seenaknya.
Sudah waktunya perbankan syariah untuk semua, tanpa ada rasa takut bagi umat lain yang memiliki kekuatan ekonomi lebih kuat. Sebab, saat ini eksklusivitas perbankan syariah sulit mendorong perbankan syariah menguasai pasar. Ibaratnya, perbankan syariah saat ini harus lebih terbuka menerima siapa saja. (*)
Penulis adalah Pemimpin Redaksi Infobank
Poin Penting ASII membuka Astra Auto Fest 2025 di BSD sebagai upaya mendorong pasar otomotif… Read More
Poin Penting PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menekankan kolaborasi lintas sektor (pemerintah, dunia usaha, investor,… Read More
Poin Penting BNI Sekuritas menggandeng Yayasan KSE melalui program CSR We Move, We Share, We… Read More
Poin Penting BRIDS dan Pegadaian meluncurkan layanan Gadai Efek Online di aplikasi BRIGHTS, memungkinkan investor… Read More
Poin Penting PT Phapros Tbk (PEHA) mencetak laba bersih Rp7,7 miliar per September 2025, berbalik… Read More
Poin Penting Unilever Indonesia membagikan dividen interim 2025 sebesar Rp3,30 triliun atau Rp87 per saham,… Read More