Jakarta–Program kredit murah yang diluncurkan oleh setiap rezim Pemerintahan dinilai tidak dapat menyelesaikan permasalahan ekonomi. Bank, bagaimanapun bukanlah motor pertumbuhan.
Ketua Perhimpunan Bank-Bank Umum Nasional (Perbanas) Sigit Pramono menegaskan program kredit murah terutama untuk UMKM seringkali menjadi komoditas politik rezim Pemerintah yang berkuasa di Indonesia. Selama ini, seringkali disebut bahwa UMKM menyelamatkan Indonesia dari krisis 1997-1998, namun beradasarkan pengalamannya, UMKM yang menyelamatkan Indonesia dari krisis 1997-1998 ketika itu justru adalah UMKM yang tidak berhubungan dengan perbankan.
“Saya ketika itu punya enam divisi kredit macet, untuk kredit lancar hanya satu, jangan dikira yang macet hanya kredit korporasi, tapi UMKM juga,” kata dia dalam Seminar “Infobank Outlook 2016” di Jakarta, Kamis, 29 Oktober 2015 .
Oleh karena itu, menurutnya solusi dari masalah pertumbuhan bukan semata-mata kredit. Lokomotif pertumbuhan seharusnya adalah sektor riiil.
“Selalu soal UMKM yang diajukan adalah kredit bank, kredit murah dan sebagainya, secara politik ini yang paling menguntungkan untuk rezim, mendapat popularitas, ini tidak memecahkan persoalan UMKM, kesalahan berikutnya adalah kaitannya selalu bank diminta jadi lokomotif, tidak bisa, saya konsisten bahwa ‘bank follow the trade’, bank mengikuti sektor riil, jadi kalau mau merangsang pertumbuhan ekonomi harusnya sektor riilnya yang diberi stimulus,” tandasnya. (*) Ria Martati