Jakarta – Bank Indonesia (BI) beralasan, kondisi rupiah yang mengalami pelemahan disebabkan oleh kondisi global. Padahal, Indonesia baru saja mendapatkan kenaikan peringkat utang dari lembaga pemeringkat internasional Moody’s Investor Service dari Baa3 menjadi Baa2 dengan outlook stabil.
Pada hari ini (18/4) rupiah dibuka melemah dibandingkan dengan perdagangan sore di hari sebelumnya yang berada di posisi Rp13.766 per dolar AS. Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah dibuka melemah ke Rp13.773 per US$, sedangkan menurut Yahoo Finance, nilai tukar rupiah berada di posisi Rp13.587 per US$.
“Kita tahu di luar ada perkembangan khususnya di Amerika Serikat dan kemudian trade war (antara AS dan Tiongkok),” ujar Gubernur BI Agus DW Martowardojo di Gedung Mahkamah Agung (MA), Jakarta, Rabu 18 April 2018.
Baca juga: BI: Peningkatan Rating JCR, Cerminkan Fundamental RI
Di tempat yang sama, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Doddy Zulverdi menambahkan, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sebenarnya masih dalam kondisi terkendali. Padahal kondisi global masih dipenuhi dengan ketidakpastian akibat perang dagang dan ketegangan geopolitik.
“Dengan situasi global yang belum pasti walau satu sisi trade war sudah mereda tapi belum selesai. Belakangan juga muncul geopolitik di Timur Tengah fakta bahwa dalam kondisi demikian rupiah relatif stabil ini menunjukan bahwa ada support dari domestik,” ucapnya.
Lebih lanjut, kata Doddy, kondisi dalam negeri yang masih terjaga membuat pelemahan bisa lebih stabil. Jika tidak, rupiah bisa saja mengalami pelemahan lebih dalam seperti yang terjadi sebelum kenaikan suku bunga AS pertengahan Maret lalu.
“Walau enggak membuat rupiah menguat tapi setidaknya di tengah kondisi global dan permintaan valas domestik meningkat masih stabil itu menujukan confident,” tutupnya. (*)