Jakarta – Head of Macroeconomics & Market Research Permata Bank Faisal Rachman mengatakan, perang tarif Amerika Serikat (AS)-China yang kini tengah mereda sedikit banyak memberikan sentimen negatif bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia.
“Sebenarnya dampak perang dagang yang terjadi seharusnya berdampak minimal ke Indonesia karena kita merupakan small open economy. Jadi, sebenarnya kontribusi dari sektor perdagangan internasionalnya terhadap ekonomi itu tidak terlalu besar,” katanya, di Jakarta, Rabu, 14 Mei 2025.
Meski begitu, tidak bisa dipungkiri bahwa perang tarif impor kedua negara adidaya tersebut turut berimbas pada pertumbuhan investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB).
Baca juga : Perang Dagang AS-China Mereda, Ini Dampaknya bagi Indonesia
“Tapi memang, kita tdak bisa pungkiri juga dari channel selain perdagangan itu pasti ada dampaknya, terutama dari investasi,” ujarnya.
Sebab, kata dia, apabila ketidakpastian meningkat, maka pertumbuhan investasi pasti akan tertahan karena investor melakukan aksi wait and see.
Berdasarkan data Permata Institute for Economic Research (PIER), pertumbuhan investasi atau PMTB menurun menjadi 2,12 persen yoy. Hal ini terutama disebabkan melemahnya investasi pada bangunan & struktur serta mesin & peralatan.
Baca juga : Analis Sebut Meredanya Tensi Perang Dagang AS-China Jadi Katalis Positif IHSG
Di sisi lain, belanja pemerintah mengalami kontraksi 1,38 persen yoy setelah pada tahun sebelumnya terdongkrak oleh aktivitas Pemilu, sementara ekspor barang & jasa meningkat dengan didukung oleh kinerja ekspor nonmigas yang lebih kuat.
“Jadi sebenarnya memang perlambatan ekonomi itu sudah diantisipasi, tetapi secara mengejutkan pada kuartal pertama itu pertumbuhan ekonomi RI melambat lebih dari ekspektasi,” pungkasnya. (*)
Editor: Galih Pratama