Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menyatakan bahwa pemerintah terus mengantisipasi berbagai risiko akibat geopolitik perang Israel dan Hamas di wilayah Palestina bagi perekonomian Indonesia.
“Pemerintah terus mengatisipiasi berbagai risiko akibat ketidakpastian geopeolitik yang baru di Timur Tengah. Tentu ini Ukraina belum selesai, perang Israel dan Hamas menambah ketidakpastian, kemudian baru mulai bernafas gak bisa bernafas lagi,” kata Airalangga dalam konferensi pers, Senin 6 November 2023.
Airlangga mengaku, pihaknya terus mencermati dampak dari ketegangan geopolitik yang terjadi. Misalnya saja terhadap sejumlah komoditas termasuk Bahan Bakar Minyak (BBM).
Baca juga: Ekonomi RI Tumbuh 4,49 Persen, Airlangga: Lebih Tinggi dari China dan AS
Namun, Pemerintah masih belum bisa memastikan efek panjang terhadap perekonomian dari dampak perang yang sedang memanas antara Israel dan Hamas.
“Karena biasanya kalau ketegangan, yang terkena itu komoditas termasuk BBM, namun karena pertumbuhan ekonomu global itu menurun, maka efek kenaikannya sementara masih kuat. Kita belum tahu seberapa panjang, tentu nanti kita akan antisipasi,” imbuhnya.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan dampak dari perang Israel dan Hamas di wilayah Palestina terhadap kinerja perekonomian di kuartal III-2023 belum terlihat.
“Tentunya untuk hari ini karena BPS merilis angka pertumbuhan ekonomi triwulan III 2023 maka dampaknya tentu tidak terlihat,” ujar Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferesnsi pers, Senin 6 November 2023.
Namun, kata Amalia, perlu diantisipasi dampak perang Israel dan Hamas pada pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal IV 2023.
“Tentunya dampak dari perang Israel dan Hamas ini baru mungkin dapat kita lihat pada triwulan IV 2023, apakah nanti ada dampaknya atau tidak,” imbuhnya.
Baca juga: Ekonomi RI di Kuartal IV 2023 Dihantui Dampak Perang Israel-Hamas
Dia menjelaskan, bila terjadi dampak terhadap perekonomian di Tanah Air, maka terindikasi dari perdagangan antara Indonesia dan Israel, maupun Indonesia dengan Palestina.
“Kemungkinan transmisisnya akan melalui perdagangan luar negeri antara Indonesia dan Israel atau Indonesia dengan Palestina, atau transmisi lanjutannya dari sisi faktor-faktor ekonomi lainnya,” pungkasnya. (*)
Editor: Galih Pratama