Badung, Bali — Bank Indonesia (BI) memandang masih berlanjutnya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok akan membuat negara-negara berkembang seperti Indonesia akan kebanjiran likuiditas global yang akan masuk ke dalam investasi portofolio.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko menjelaskan, Indonesia harus dapat memanfaatkan momentum tersebut. “Sebab di AS ada policy uncertainty index naik cukup tinggi karena perang dagang AS dan China. Oleh karena itu menyebabkan uang masuk ke emerging market,” kata Onny di Badung, Bali, Jumat, 27 September 2019.
Onny menambahkan, likuiditas tersebut memiliki sifat volatilitas yang tinggi, dan besaran jumlah yang masih bergantung pada imbal hasil yang ditawarkan masing-masing negara berkembang.
Tak hanya itu, perlambatan ekonomi global juga mendorong investor mencari negara berkembang untuk menaruh investasinya. Onny menjelaskan, pertumbuhan ekonomi lima mesin penggerak perekonomian dunia yang cenderung melamban seperti AS, Eropa, Jepang, China, dan India mengoreksi pertumbuhan ekonomi global.
Sebagai informasi, Pada Juli-Agustus tercatat USD3,5 miliar aliran modal asing masuk ke portofolio sehingga cadangan devisa masih terjaga sebesar USD126,4 miliar di bulan Agustus yang cukup untuk 7,4 bulan impor atau 7,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. (*)
Editor: Paulus Yoga