Jakarta – Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada hari ini (22/11) diprediksi akan menguat, seiring dengan kebijakan BI yang menahan bunga acuannya dan menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) perbankan sebesar 50 bps.
“Dari dalam negeri, kebijakan pemangkasan GWM oleh BI yang bisa menstimulus kredit untuk mendukung pertumbuhan ekonomi bisa membantu penguatan rupiah. Potensi pergerakan rupiah berkisar di Rp14.020 – 14.100 per USD,”
kata Kepala Riset PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra kepada infobanknews di Jakarta, Kamis 21 November 2019.
Sedangkan faktor global, adanya komentar dan gestur positif dari Tiongkok dan AS mengenai kelanjutan negosiasi dagang akan turun mendorong penguatan rupiah.
Ariston menjelaskan, Tiongkok mengundang perwakilan AS untuk datang ke Tiongkok sebelum libur Thanksgiving untuk membicarakan lebih dalam kesepakatan dagang.
“Sementara AS memberi sinyal tidak akan menerapkan kenaikan tarif impor barang Tiongkok pada tanggal 15 Desember meskipun penandatanganan perjanjian terjadi setelah tanggal tersebut,” tambah Ariston.
Sebagai informasi, pada pembukaan perdagangan hari ini (22/11) Kurs Rupiah berada di level Rp14.095/US$ posisi tersebut melemah bila dibandingkan pada penutupan perdagangan kemarin (21/11) yang masih berada di level Rp14.092/US$.
Sementara, berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) hari ini, (22/11) kurs rupiah berada pada posisi Rp14.100/ US$ terlihat menguat dari posisi Rp14.112/US$ pada perdagangan kemarin (21/11). (*)
Editor: Rezkiana Np