Terlebih, dari hasil survei Bank Indonesia (BI) di bulan Juni menunjukkan kembali melemahnya indeks ekspektasi dan kepercayaan konsumen terhadap kondisi ekonomi dan daya beli selama 6 bulan ke depan, meskipun sempat menguat di awal tahun.
Di sisi lain, kata dia, maraknya e-commerce memang berperan terhadap berkurangnya pelanggan di pertokoan dan pusat perbelanjaan. Tapi kalaulah hanya itu penyebabnya, maka semestinya dampaknya hanya pada sisi hilirnya, yaitu para retailers, tidak sampai ke hulu (produsen). Namun faktanya, bukan hanya pertokoan dan mal-mal, tetapi pabrik-pabrik pengolahan juga menahan produksi.
Baca juga: Lampu Kuning Defisit Anggaran
Perlambatan produksi sudah terjadi di banyak industri, mulai dari industri pakaian, peralatan listrik, sepeda motor, farmasi , plastik, bahkan juga sudah merambah ke sejumlah industri makanan dan minuman. “Artinya, bukan hanya cara membelinya yang bergeser, tetapi permintaan juga melemah, sehingga produksi pun terpaksa ditahan, bahkan dikurangi,” tukas Faisal.
Kita semua tentu sangat tidak berharap terjadi penurunan daya beli dan kelesuan ekonomi, namun melihat kondisi dan fakta di lapangan yang ada saat ini, pemerintah diharapkan dapat membenahi permasalahan terkait dengan menurunnya daya beli masyarakat. Selain itu, kebijakan pemerintah yang tenga giat mendorong perekonomian nasional ini, juga diharapkan tidak terjadi misleading. (*)
Editor: Paulus Yoga