Jakarta – Dalam dunia perbankan modern yang semakin terpengaruh oleh teknologi, technobanker menjadi tulang punggung bagi perusahaan-perusahaan yang ingin tetap relevan dan kompetitif.
Technology and Operation Bank BNI, Totok Prasetyo mengatakan, peran technobanker tidak lagi hanya terbatas pada pemahaman tentang transaksi keuangan, namun juga membutuhkan karakteristik khusus yang memungkinkan mereka beradaptasi dengan cepat untuk menghadapi tantangan yang kompleks.
Menurut Totok, dibutuhkan enam karakter utama oleh seorang technobanker yang sukses. Pertama, kemampuan berpikir kritis (critical thinking) yang sangat penting dalam konteks perbankan teknologi.
“Technobanker harus mampu menganalisis informasi dengan cermat, mengevaluasi solusi yang ada, dan mengidentifikasi potensi risiko serta peluang yang tersembunyi di balik setiap keputusan,” ujarnya dalam acara peluncuran buku ‘Technobanker’ di Jakarta, Kamis (15/2).
Baca juga: Technobanker Jadi Kunci Perbankan Bertransformasi Digital
Kedua, seorang technobanker harus memiliki pola pikir digital yang kuat. Mereka perlu memahami teknologi terkini dan berinovasi dalam menerapkan solusi digital untuk meningkatkan efisiensi operasional, meningkatkan pengalaman pelanggan, dan mengoptimalkan strategi bisnis secara keseluruhan.
Karakteristik penting lainnya adalah memiliki pengetahuan dan kemampuan yang mendalam (expertise knowledge and capability) di bidang teknologi dan keuangan.
“Dengan memperoleh keahlian ini, mereka juga dapat menjadi penasihat bagi perusahaan dalam merancang dan melaksanakan strategi bisnis yang efektif,” jelas Totok.
Selain itu, fleksibilitas dan kemampuan untuk beradaptasi dengan cepat (adaptive behaviour) terhadap perubahan adalah karakteristik penting dalam dunia perbankan yang dinamis saat ini.
Technobanker harus siap untuk belajar secara berkelanjutan, menguasai keterampilan baru, dan menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan bisnis yang terus berubah.
Selain itu, sikap kolaborasi (collaborative attitude) juga merupakan kunci untuk kesuksesan dalam lingkungan perbankan yang kompleks saat ini.
Baca juga: Bos Lintasarta Beberkan 3 Pilar Penopang Digitalisasi Perbankan Syariah
Technobanker, kata Totok, harus mampu bekerja sama dengan berbagai departemen dan tim lintas fungsional untuk mengatasi masalah, mengidentifikasi peluang, dan mengimplementasikan solusi inovatif.
Terakhir, tetapi tidak kalah pentingnya, adalah memiliki budaya risiko yang kuat (risk culture). Technobanker harus memahami risiko-risiko yang terkait dengan implementasi teknologi baru dan mengembangkan strategi untuk mengelolanya dengan efektif.
“Dengan mengembangkan keterampilan kritis ini, mereka akan menjadi motor penggerak transformasi digital dalam industri perbankan,” pungkas Totok. (*) Alfi Salima Puteri