Penjualan Rumah Tapak Masih Terkontraksi, Ini Gara-Garanya

Penjualan Rumah Tapak Masih Terkontraksi, Ini Gara-Garanya

Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat penjualan properti residensial di pasar primer pada triwulan III 2023 secara tahunan dibandingkan triwulan III 2022 secara umum belum pulih.

Hal tersebut tecermin dari penjualan properti residensial yang masih terkontraksi sebesar 6,59 persen yoy, meski membaik dari kontraksi pada triwulan sebelumnya 12,30 persen yoy.

Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono menjelaskan kondisi penjualan pada triwulan III 2023 yang masih lemah tersebut terjadi pada seluruh tipe rumah yang terkontraksi, baik tipe kecil sebesar 9,52 persen yoy, tipe menengah 13,90 persen yoy, maupun tipe besar 0,20 persen mtm.

Baca juga: Alasan BI Guyur Insentif Likuiditas Sektor Properti

“Berdasarkan informasi dari responden, terdapat sejumlah faktor yang menghambat penjualan properti residensial primer antara lain, masalah perizinan/birokrasi sebesar 30,08 persen, suku bunga KPR 29,81 persen, proporsi uang muka yang tinggi dalam pengajuan KPR 24,19 persen dan perpajakan 15,92 persen,” ungkap Erwin dalam keterangan resmi, Kamis 16 November 2023.

Sementara itu, penjualan rumah primer pada triwulan III 2023 relatif stabil. Hal tersebut tecermin dari pertumbuhan penjualan rumah primer sebesar 6,74 persen qtq (quartal to quartal), sedikit lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya 6,59 persen qtq.

“Stabilnya penjualan rumah secara triwulanan terutama ditopang oleh kenaikan penjualan rumah tipe menengah 7,02 persen qtq,” katanya.

Sementara itu, penjualan rumah tipe kecil dan tipe besar terindikasi tetap tumbuh meski tidak setinggi triwulan sebelumnya yang masing-masing tumbuh sebesar 4,80 persen qtq dan 13,94 persen qtq. 

Kemudian, pada triwulan III 2023, modal utama pembangunan properti residensial berasal dari sumber pembiayaan nonperbankan, yaitu dana internal dengan pangsa sebesar 73,46 persen. 

Alternatif pembiayaan lain yang menjadi preferensi pengembang untuk pembangunan rumah primer bersumber dari pinjaman perbankan dan pembayaran dari konsumen, dengan pangsa masing-masing 16,01 persen dan 7,04 persen dari total modal.

“Berdasarkan komposisi dana internal, porsi pendanaan terbesar berasal dari laba ditahan 36,54 persen diikuti modal disetor 55,59 persen,” jelasnya.

Sementara dari sisi konsumen, skema pembiayaan yang dipilih dalam pembelian rumah primer adalah KPR dengan pangsa sebesar 75,50 persen dari total pembiayaan, diikuti oleh tunai bertahap 17,77 persen dan secara tunai 6,73 persen.

Baca juga: Ada Insentif PPN Rumah, BNI Griya Optimistis Kredit Tumbuh di Atas 10 Persen

Pada triwulan III 2023, total nilai kredit KPR dan KPA secara tahunan tumbuh sebesar 12,32 persen yoy, meningkat dari 10,54 persen yoy pada triwulan sebelumnya.

Secara triwulanan, penyaluran KPR dan KPA juga mengalami kenaikan dari 2,44 persen qtq pada triwulan II 2023 menjadi 4,93 persen qtq pada triwulan III 2023.

“Dari sisi pencairan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP), total pencairan FLPP pada triwulan III 2023 sebesar Rp7,779 triliun, atau meningkat 28,45 persen yoy,” pungkas Erwin. (*) 

Editor: Galih Pratama

Related Posts

News Update

Top News