Penjualan Mobil Naik, Adira Finance Kantongi Laba Rp1,1 T di Kuartal III-2022

Penjualan Mobil Naik, Adira Finance Kantongi Laba Rp1,1 T di Kuartal III-2022

Jakarta – PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (Adira Finance) membukukan laba bersih Rp1,1 triliun hingga September 2022. Perolehan laba tersebut mengalami kenaikan 52,19% year on year (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp753,27 miliar.

Kenaikan laba bersih Adira Finance disokong pertumbuhan pendapatan bunga yang naik 2% menjadi Rp6,7 triliun. Sedangkan beban bunga berhasil ditekan turun 5% menjadi Rp2,3 triliun. Penurunan beban bunga sejalan dnegan adanya penurunan jumlah pinjaman dan biaya bunga. Alhasil, pendapatan bunga bersih perseroan mengalami kenaikan 6%, atau menjadi Rp4,4 triliun, dengan margin bunga bersih yang meningkat dari 13,1% menjadi 18,1%.

Adira Finance juga berhasil menurunkan cost of credit hingga 39% menjadi Rp683 miliar. Sedangkan beban operasional relatif stabil, terjaga di posisi Rp2,7 triliun.

Kinerja bisnis Adira Finance memang menunjukkan peningkatan di sepanjang 9 bulan pertama 2022. Ini tidak lepas dari kinerja industri otomotif yang beranjak pulih, terutama dari sisi penjualan kendaraan roda empat (mobil) yang mengalami kenaikan hingga 22% secara tahunan.

“Pencapaian kinerja industri otomotif cukup baik hingga September 2022 memberikan dampak positif terhadap kinerja bisnis Adira Finance. Pembiayaan baru tercatat tumbuh 21% menjadi Rp21,9 triliun. Pembiayaan segmen mobil dan sepeda motor masing-masing meningkat sebesar 37% dan 2%,” ujar I Dewa Made Susila, Direktur Utama Adira Finance, Rabu, 2 November 2022.

Made menambahkan, perseroan juga mampu menjaga kualitas asetnya menjadi lebih baik. Ini tercermin dari non performing financing (NPF) yang terjaga di bawah 2%, atau sudah kembali ke posisi 2019, atau periode sebelum pandemi COVID-19.

Niko Kurniawan Bonggowarsito, Direktur Adira Finance menambahkan, dari total pembiayaan baru yang hampir Rp22 triliun tersebut, pembiayaan mobil mendominasi dengan porsi 54%. Sedangkan pembiayaan sepeda motor pangsanya 34%, atau turun dibandingkan 37% di tahun sebelumnya. Ini sejalan dengan masih terkoreksinya penjualan sepeda motor secara nasional. Adapun pembiayaan multifiguna berkontribusi sekitar 11%, dan 1% sisanya adalah pembiayaan durable atau barang elektronik dan rumah tangga.

“Komposisinya seperti itu, di sepeda motor agak turun sedikit karena marketnya pun tumbuh minus, dibandingkan mobil yang mendapat bantuan subsidi pajak dari pemerintah (diskon PPnBM) sehingga market-nya growth,” ujar Niko. (*) Ari Astriawan

Related Posts

News Update

Top News