Pengembangan UMKM Berbasis Risiko Reputasi

Pengembangan UMKM Berbasis Risiko Reputasi

Oleh Babay Parid Wazdi, Dirut Bank Sumut dan Pemerhati UMKM

RISIKO reputasi adalah potensi ancaman atau bahaya terhadap nama baik atau reputasi suatu bisnis. Sayangnya, terkadang banyak pelaku UMKM yang belum menyadari risiko reputasi ini. Risiko reputasi dapat terjadi sebagai akibat dari tindakan pemilik UMKM atau akibat perbuatan karyawan.

Segala sesuatu yang merusak citra perusahaan dimata masyarakat, seperti opini negatif pemangku kepentingan maupun publikasi negatif kegiatan bisnis UMKM tentunya akan berdampak buruk. Yang pada akhirnya akan bermuara kepada kerugian finansial UMKM, pelanggan berkurang, hingga dampak kerusakan lainnya yang bahkan bisa membuat UMKM mengalami kebangkrutan.

Gangguan risiko reputasi  bukanlah hanya pemilik dalam diri UMKM. Namun, seluruh stakeholder yang terlibat serta turut memberikan kontribusi munculnya risiko reputasi tersebut. Sehingga pelaku UMKM harus menyadari bahwa reputasi itu adalah sebuah aset yang harus dijaga.

Sehingga penting bagi pelaku UMKM untuk mengelola resiko reputasi. Dan tulisan ini akan menjelaskan apa itu risiko reputasi serta bagaimana kita mengelolanya. Dan risiko reputasi ini secara garis besar muncul baik dari sisi internal maupun dari sisi eksternal UMKM.

Baca juga: Pertahanan 3 Lapis dalam Pengelolaan UMKM

Risiko reputasi dari sisi internal merupakan output dari tindakan yang dilakukan oleh pemilik UMKM dan karyawan. Umumnya terkait dengan prilaku, kualitas barang dan jasa yang dihasilkan, serta dibandingkan dengan produk yang sama. Risiko reputasi juga bisa muncul akibat dari pelayanan yang kurang memuaskan, adanya skandal perusahaan, bertentangan dengan regulasi atau aturan yang berlaku, isu miring ketenaga-kerjaan, atau isu lain yang muncul ke publik baik disengaja ataupun tidak disengaja.

Untuk meminimalisir munculnya risiko reputasi bagi pelaku UMKM. Maka disarankan para pemangku kepentingan melakukan sosialisasi, edukasi, literasi dan inklusi kepada pelaku UMKM. Misalnya adaya proses kontrol terhadap kualitas barang dan jasa, karyawan hingga pelayanan yang diterima oleh pembeli. Sehingga upaya tersebut menghasilkan sebuah jaminan mutu produk serta layanan, yang meminimalisir dampak dari kemungkinan munculnya risiko reputasi yang timbul di masa yang akan datang.

Pelaku usaha harus memberikan citra positif  kepada konsumen maupun masyarakat luas. Karena reputasi yang baik itu selalu dihasilkan dari kegiatan dunia usaha yang baik pula. Reputasi yang baik akan selalu mendatangkan keuntungan bagi UMKM. Satu hal yang perlu dicamkan baik baik, bahwa reputasi itu sendiri juga sifatnya dinamis.

Sebagai ilustrasi, seorang pelaku UMKM kuliner yang mendapatkan reputasi baik dari masyarakat sekaligus menjadi usaha yang paling terdepan pada masanya. Namun, perubahan selera masyarakat seiring dengan perubahan gaya hidup perlahan telah menggeser usaha kuliner tadi karena tergerus zaman. Sehingga reputasinya mengalami penurunan di masyarakat.

Dalam konteks tersebut, pelaku usaha UMKM harus memahami perubahan selera di masyarakat. Contoh yang paling nyata belakangan ini adalah usaha minuman boba, atau singkong gaul yang pernah berjaya di masanya. Namun belakangan mengalami penurunan jumlah pedagang dan kurang begitu diminati oleh konsumen.

Saat ini muncul genre baru kuliner yang digemari masyarakat misalnya mie pedas. Makanan tersebut masih digemari oleh masyarakat kita khususnya di generasi anak muda. Tentunya pelaku UMKM akan melakukan segala upaya untuk mempertahankan reputasinya. Akan tetapi, berkaca kepada makanan yang pernah “hits” namun mulai ditinggal konsumen.

Sebaiknya pelaku UMKM melakukan sejumlah upaya untuk menjaga reputasinya. Seperti menanyakan langsung untuk mendapakan masukan dari konsumen terkait dengan produk barang maupun jasa yang dijual masyarakat.  Sehingga pelaku UMKM mendapatkan gambaran bagaimana mereka akan menjaga reputasinya, serta kemungkinan bagaimana nantinya pelaku UMKM akan melakukan inovasi. Ini hanya salah satu contoh yang tentunya bisa ditiru oleh pelaku UMKM di sektor usaha yang sama atau usaha yang lainnya.

Contoh lain risiko reputasi yang sering muncul dilapangan berkaitan dengan UMKM adalah keutuhan keluarga. Banyak pelaku UMKM yang rusak reputasinya akibat perceraian, narkoba, poligami dan hal lainya terkait keluarga. Akibat rusaknya reputasi keluarga berimbas juga kepada pelanggan bahkan cicilan kredit diperbankan, yang pada ujungnya dapat mengakibatkan kredit macet dan kebangkrutan bagi UMKM.

Selanjutnya adalah risiko reputasi yang muncul dari sisi eksternal. Untuk risiko reputasi dari sisi eksternal ini dibagi menjadi dua pemicu utamanya. Yakni risiko reputasi yang diakibatkan oleh mitra perusahaan, dan risiko yang diakibatkan oleh entitas diluar perusahaan. Entitas tersebut bisa merupakan orang perseorangan, masyarakat sekitar, pesaing usaha atau pihak lain diluar perusahaan.

Untuk risiko reputasi yang timbul karena mitra perusahaan bisa terjadi dikarenakan banyak hal. Seperti komentar negatif mitra perusahaan tentang usaha kita, mitra melakukan praktik usaha yang bertentangan dengan aturan yang berlaku, menjalankan praktik usaha yang buruk, atau tindakan lain yang mencemari nama baik perusahaan.

Sebagai ilustrasi, pelaku usaha mikro pedagang kuliner (minuman) membeli es batu dari mitra usahanya yang ternyata menggunakan sumber air sungai tercemar sebagai bahan baku pembuat es. Lantas hal tersebut terekspos oleh masyarakat, termasuk siapa saja yang menjadi konsumen dari es batu tersebut. Tentunya pelaku UMKM yang menjadi pelanggan setia es batu tadi akan dirugikan dengan pemberitaan negatif dari mitra pelaku UMKM.

Untuk itu pelaku UMKM dapat meminimalisir risiko reputasi dengan menjalin kemitraan atau kerjasama dengan perusahaan yang kredibel. Lakukan kunjungan langsung ke perusahaan calon mitra yang akan menjadi pemasok barang atau jasa yang dibutuhkan oleh pelaku UMKM. Pastikan bahwa mitra tersebut mampu memenuhi segala persyaratan minimum yang dibutuhkan.

Dan pastikan calon mitra pelaku usaha memiliki track record atau reputasi yang sudah diakui oleh pelaku usaha lainnya. Hal ini sangat memudahkan kita sebagai pelaku UMKM untuk memberikan penilaian terhadap calon mitra usaha.

Baca juga: Pengembangan UMKM Berbasis Risiko Operasional

Selanjutnya adalah risiko reputasi yang diakibatkan oleh entitas diluar perusahaan. Ada banyak contoh yang bisa menggambarkan bagaimana risiko reputasi bisa muncul dari entitas diluar perusahaan. Seperti risiko yang diakibatkan oleh perilaku buruk mantan karyawan, pesaing usaha atau entitas lain yang baik secara sengaja atau tidak sengaja menyebarkan kabar miring tentang perusahaan.

Seperti kabar negatif  tentang perusahaan oleh mantan karyawan. Pesaing usaha yang secara sengaja menyebarkan isu negative tentang perusahaan kita. Hingga ketidaktahuan masyarakat yang menyebarkan kabar miring tentang perusahaan kita. Dan masih ada banyak lagi hal-hal yang dapat memicu terjadinya risiko reputasi dari luar.

Sebagai ilustrasi, masyarakat yang termakan berita hoaks tanpa sadar dan tanpa pemahaman telah menyebarkan berita negatif perusahaan kita. Kabar hoaks tersebut tentunya perlu diperangi, baik dengan cara pendekatan yang lebih bersifat kekeluargaan atau pendekatan lainya.

Untuk itu, pelaku UMKM harus terus konsisten mengelola resiko reputasi. Seperti terus mengasah kemampuan pelaku UMKM dalam mengidentifikasi risiko, mengenal karakteristik pengelola usaha dan mitra, memastikan usaha dijalankan sesuai dengan kaidah yang berlaku, menetapkan setrategi apa yang harus dilakukan untuk meminimalisir terjadinya risiko reputasi, tetap melakukan pengawasan terhadap kemungkinan munculnya resiko, serta pastikan pelaku UMKM memegang kendali terhadap potensi risiko risiko yang muncul.

Akhir kata, mencintai UMKM itu berkah dan mulia

Related Posts

News Update

Top News