Jakarta – Meskipun dunia virtual 3D, Metaverse dipandang sebagai inovasi teknologi terbaru beberapa ahli masih meragukan pemanfaatnya. Sri Adiningsih, Founder Institute for Social Economic Digital Indonesia (ISED) misalnya, ia mengkhawatirkan pemanfaatan Metaverse yang bisa meningkatkan ketimpangan di Indonesia.
Dosen Universitas Gajah Mada ini mengungkapkan, teknologi untuk mengakses Metaverse belum bisa dijangkau oleh setiap orang. Penerapan Metaverse tentunya berpotensi meningkatkan ketimpangan sosial yang ada.
“Ini bisa berpotensi meningkatkan ketimpangan lagi. Saya agak khawatir antara kelompok yang maju, digital native dengan latar pendidikan baik, orang tua berpunya dan sementara kelompok lain bisa ketinggalan sekali. Ini tantangan Indonesia,” jelas Sri pada paparannya, Rabu malam 23 Februari 2022.
Untuk menangani ketimpangan yang ada, ia menilai Indonesia saat ini memerlukan Masterplan atau Roadmap di digitalisasi. Hal ini sudah direalisasikan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan Cetak Biru Transformasi Digital Perbankan 2020-2025 untuk mengakomodir inovasi teknologi yang ada.
“Kita harus berubah. Saya kira penting sekali mengikuti perkembangan agar digitalisasi atau virtualisasi memberikan manfaat bagi semua,” tutup Sri. (*)
Editor: Rezkiana Nisaputra
Balikpapan – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, jumlah single investor identification (SID) menembus 14 juta per… Read More
Jakarta – PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia (Generali Indonesia) terus mendukung berbagai kegiatan yang mempromosikan kesehatan… Read More
Jakarta - Sebanyak 6.470 racepack telah diambil pelari yang berpartisipasi dalam PLN Electric Run 2024… Read More
Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membidik pencapaian Bulan Inklusi Keuangan (BIK) 2024 sekitar 8,7… Read More
Jakarta - Merayakan usia ke-26, Bank Mandiri meluncurkan berbagai fitur dan layanan digital terbaru untuk… Read More
Jakarta - Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) menunjuk PT Surveyor Indonesia, anggota Holding BUMN IDSurvey,… Read More