Jakarta – Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) memprioritaskan kader internal sebagai tokoh yang akan dimajukan sebagai calon presiden (capres). Hal itu diungkap Ketum PAN Zulkifli Hasan, yang mengatakan Ketum Golkar Airlangga Hartarto dinilai layak dan pantas untuk diprioritaskan maju sebagai calon presiden dari Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).
Kendati para ketum parpol cenderung pada nama Airlangga, tapi banyak di antara kader PAN dan PPP yang justru condong pada calon eksternal seperti Ganjar Pranowo ataupun Anies Baswedan.
Analis politik dari Exposit Strategic, Arif Susanto menilai, dinamika pengajuan nama dalam KIB masih dalam kategori normal. Menurutnya, masih ada cukup waktu untuk memastikan nama yang bakal diusung koalisi yang beranggotakan Golkar, PPP, dan PAN itu.
“Saya pikir masih normal saja. Perjalanannya masih agak panjang, masih sampai akhir tahun depan,” ujar Arif dikutip 5 Desember 2022.
Menurut Arif, dinamika yang muncul dalam pembahasan nama capres KIB dapat dinilai sebagai upaya untuk membangun posisi tawar. Pertama, posisi tawar dari nama figur atau kandidat, seperti Anies Baswedan atau Ganjar Pranowo. Selanjutnya adalah posisi tawar dari fraksi yang mengajukan.
“Kedua adalah posisi tawar pihak yang mengajukan nama itu sendiri. Bisa jadi dari relawan, bisa jadi dari faksi-faksi tertentu dalam partai yang bersangkutan. Harapannya kan siapa pun nama yang muncul, mereka mendapatkan bagian dari kue kekuasaan yang diharapkan,” ucapnya.
Arif menilai, perbedaan suara tersebut juga tidak akan berlanjut membesar hingga menjadi konflik internal. Meski, perbedaan nama figur yang muncul itu menunjukkan adanya faksi-faksi dalam KIB yang mempunyai pilihan lain.
“Kalau misal menimbulkan riak, mungkin iya. Tapi saya kira terlalu jauh kalau riak itu sampai mengakibatkan terjadinya konflik internal. Itu agak jauh. Sampai hari ini ya,” tambahnya.
Arif menekankan langkah politik KIB akan lebih masuk akal dengan bersiap pada posisi cawapres. “Bagi saya sejauh ini, cukup rasional untuk mengajukan satu di antara 3 nama itu, Ganjar, Anies, Prabowo. Di luar itu saya kira tipis kemungkinannya. Setidaknya langkah yang realistis adalah membidik cawapres,” pungkasnya.
Sementara itu, Pengamat Politik dari Citra Institute, Yusak Farchan mengatakan, hal itu karena memang belum ada sosok yang kuat di KIB. “Sejak awal dibentuk, problem utama KIB kan memang tidak punya stok capres dari internal parpol pendukung koalisi yang elektabilitasnya tinggi,“ kata Yusak.
Munculnya nama Ganjar dan Anies di internal PAN dan PPP ini, kata dia, tentu berpengaruh pada opsi pencapresan Pak Airlangga sebagai Capres KIB. Kalau pun koalisi diletakkan dalam konteks parpol sebagai saluran rekrutmen kepemimpinan politik, maka KIB sah-sah saja jika pada akhirnya mendorong Capres dari luar.
“Psikologi bertarung kan memang bagaimana bisa menang dan elektabilitas capres tetap menjadi variabel penting yang tidak bisa diabaikan,” sebut Yusak. (*)