Jakarta – Studi terbaru Standard Chartered menunjukkan bahwa lebih dari separuh (54%) kelompok masyarakat kelas menengah atas (emerging affluent) di Indonesia menikmati peningkatan mobilitas sosial.
Berdasarkan rilis yang diterima Infobank, Rabu, 14 November 2018, dari data tersebut, sebanyak 4% dari kelompok itu menikmati peningkatan yang sangat pesat (supercharged), tidak hanya dibandingkan dengan generasi sebelumnya, namun juga terhadap tren mobilitas sosial secara keseluruhan.
Studi yang bertajuk “The Emerging Affluent Study 2018 – Climbing the Prosperity Ladder” sendiri menganalisa pandangan dari 11.000 konsumen ‘emerging affluent’ – golongan individu dengan penghasilan yang memadai untuk menabung dan berinvestasi.
Studi dilakukan di 11 negara di wilayah Asia, Afrika dan Timur Tengah. Tingkat rata-rata mobilitas sosial pada kelompok ‘emerging affluent’ di negara-negara tersebut mencapai 59% dan dari jumlah tersebut 7% mengalami peningkatan yang sangat cepat.
Di Indonesia, masyarakat yang mengalami mobilitas sosial (socially mobile), seperti yang diidentifikasi dalam studi, mengalami lonjakan pendapatan dimana lebih dari sepertiganya (36%) menikmati peningkatan pendapatan sebesar 10% atau lebih, dalam kurun waktu satu tahun terakhir.
Angka yang sama (36%) bahkan menikmati lonjakan pendapatan hingga 50% atau lebih, dalam lima tahun terakhir; ini merupakan peningkatan pendapatan tertinggi dibandingkan negara – negara lain selama periode studi dilakukan.
Lebih jauh, kelompok socially mobile di Indonesia seperti yang dijelaskan dalam studi juga memiliki tingkat edukasi yang lebih tinggi dan mampu mencapai tingkat karir dan kepemilikan rumah yang lebih tinggi dibandingkan orangtua mereka.
Sebanyak 83% dari mereka mengenyam pendidikan tinggi setara universitas dibandingkan dengan hanya 55% ayah mereka dan kurang dari 46% ibu mereka; dan 71% berada di posisi manajerial atau merintis bisnis mereka sendiri dibandingkan dengan hanya 60% ayah dan 38% ibu mereka.
Sebanyak 94% dari kelompok socially mobile juga memiliki rumah sendiri, dibandingkan dengan 82% orangtua mereka di usia yang sama.
Tingkat optimisme diantara kelompok ‘emerging affluent’ di Indonesia bahkan lebih tinggi dibandingkan realitas umumnya, dimana 77% percaya bahwa mereka berada di posisi finansial yang lebih baik dibandingkan orangtua mereka, meski studi ini menemukan bahwa hanya sekitar 54% yang benar-benar mengalami mobilitas sosial.
Hal ini menunjukkan ada perbedaan sebesar 23% antara persepsi dengan realita yang juga merupakan selisih tertinggi di antara semua negara dalam studi.
Studi ini juga menemukan bahwa empat dari lima (80%) individu di kelompok ‘emerging affluent’ di Indonesia percaya bahwa Wealth Management (pengelolaan kekayaan) yang efektif adalah kunci untuk mendorong peningkatan mobilitas sosial dan mereka lebih menekankan pentingnya hal ini dibandingkan negara lain, dimana angka rata-ratanya mencapai 69%.
Berinvestasi pada produk finansial membantu mereka untuk terus menaiki tangga sosial, dengan 62% responden menyatakan bahwa ini menjadi strategi mereka untuk mencapai tujuan finansial dan meningkatkan kekayaan mereka.
“Kelompok masyarakat yang ambisius ini tengah berada pada jalur peningkatan sosial yang terus meningkat, mereka secara konstan melampaui kesuksesan orangtua mereka dalam hal edukasi, karir dan kepemilikan rumah. Seiring dengan tumbuhnya ambisi dan aspirasi, mereka menginginkan layanan finansial tradisional dan teknologi digital yang dapat memperluas akses mereka pada manajemen keuangan dan mendorong kesejahteraan finansial mereka. Ini merupakan suatu perjalanan yang menarik untuk diikuti, dimana mereka tidak hanya memperbaiki kehidupan mereka sendiri, namun juga turut mendorong pertumbuhan di beberapa pasar berkembang di dunia,” kata Bambang Simarno, Head of Retail Banking, Standard Chartered Bank Indonesia. (*)