Jakarta – Pendanaan perusahaan venture capital (VC) global, 500 Global, tercatat meningkat di tengah masa tech winter yang melanda industri startup teknologi. Managing Partner 500 Global, Vishal Harnal, mengungkapkan bahwa peningkatan kinerja venture capital tergantung pada sektor apa yang menjadi target investasi.
“Memang ada penurunan pendanaan pada perusahaan-perusahaan di tahun ini, namun itu semua bergantung pada sektor apa yang anda danai, dan bagaimana peluangnya untuk sektor terkait di waktu mendatang,” terang Vishal, dikutip dari CNBC, Senin, 27 Februari 2023.
Berdasarkan data yang disusun oleh Crunchbase, total pendanaan perusahaan secara global di 2022 adalah sebesar USD445 miliar, lebih rendah 35% ketimbang tahun sebelumnya. Sementara 500 Global tercatat mengelola aset yang senilai lebih dari USD2,7 miliar di 2022. Sejumlah startup venture capital itu mendanai, di antaranya pengembang software graphic design asal Australia, Canva, perusahaan ride-hailing Asia Tenggara, Grab, dan perusahaan teknologi di sektor perikanan asal Indonesia, eFishery. Grab sendiri telah mencatatkan sahamnya di bursa Nasdaq.
“Saya tidak akan mengatakan lebih jauh bahwa ada funding winter,” ucap Vishal.
Vishal mengatakan, para entrepreneur di perusahaan teknologi sudah terbiasa mendapatkan modal murah dalam satu dekade terakhir. “Itu telah mendanai beberapa jenis perilaku tertentu,” tambahnya.
Perusahaan startup kebanyakan belum meraih profit, karena mereka lebih memprioritaskan ekspansi bisnis ketimbang keuntungan dalam tahun-tahun awalnya. Kondisi inilah yang kemudian menimbulkan istilah bakar uang pada industri startup. Nah, dengan kondisi guncangan ekonomi global saat ini, perusahaan startup kemudian dituntut untuk lebih fokus terhadap profitabilitas dan lebih efisien dari sisi biaya.
“Sekarang telah ada pergeseran atau transisi dalam cara mereka berbisnis. Kita mengubah buku pedoman lagi,” tutur Vishal.
Ia lalu memberi contoh terkait bagaimana peluang yang ada di market yang sedang lesu berbeda dengan market yang sedang mengalami bullish.
Hal itu mengubah cara permodalan mengalir ke perusahaan, jadi mungkin ada sedikit modal yang datang dari investor non-institusi yang tidak terbiasa berinvestasi di korporasi. Namun, bagi perusahaan-perusahaan venture capital, mereka akan tetap berinvestasi pada perusahaan teknologi dalam jumlah besar.
“Bagi investor institusi yang memiliki pengalaman investasi pada berbagai sektor dalam beberapa dekade, alokasi pendanaan tersebut tidak akan mengalami penurunan yang signifikan,” tuturnya.
Vishal menjelaskan bahwa valuasi perusahaan venture capital itu didasarkan pada target jangka waktu yang panjang, dan tidak terlalu terdampak oleh siklus kinerja startup yang mereka danai. “Kita mendasarkan diri kita pada pandangan jangka panjang, yang memang membutuhkan waktu dalam pengembangannya,” tutupnya. (*) Steven Widjaja