Jakarta–Bank Indonesia (BI) mengaku, akibat ketidakpastian perekonomian global pasca Pemilihan Umum (Pemilu) Presiden AS, penguatan rupiah yang terjadi hingga Oktober 2016 tertahan dan mengalami depresiasi di November 2016.
Gubernur BI Agus DW Martowardojo mengatakan, sejak awal November hingga 16 November 2016, nilai tukar rupiah mengalami depresiasi sebesar 2,53% menjadi Rp13.378 per Dolar AS akibat meningkatnya ketidakpastian perekonomian global pasca Pemilu AS.
(Baca juga: Kebijakan Trump Buat Rupiah Anjlok Hampir 4%)
“Penguatan Rupiah terus berlanjut pada triwulan III-2016 didukung sentimen positif dari domestik dan eksternal, namun tertahan pada November pasca Pemilu AS,” ujar Agus di Gedung BI, Jakarta, Kamis, 17 Oktober 2016.
Meski demikian, kata Agus, tekanan depresiasi yang terjadi pada rupiah terhadap Dolar AS tersebut, setelah terpilihnya Donald Trump menjadi Presiden AS, relatif terbatas jika dibandingkan dengan tekanan yang terjadi pada mata uang negara emerging lainnya. (Selanjutnya: Rupiah menguat di Q3-2016)
Page: 1 2
Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menerbitkan Peraturan OJK (POJK) Nomor 27 Tahun 2024 tentang… Read More
Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membeberkan proses pengembangan kegiatan usaha bullion atau usaha yang berkaitan dengan… Read More
Jakarta - PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga) mengoptimalkan fasilitas digital banking yang dimiliki sebagai alternatif… Read More
Jakarta - Menjelang libur dan cuti bersama perayaan Natal 2024, indeks harga saham gabungan (IHSG)… Read More
Jakarta - Anggota Komisi VII DPR RI Dina Lorenza menyatakan dukungannya terhadap kenaikan Pajak Pertambahan… Read More
Jakarta – Presiden Direktur PT Rintis Sejahtera, Iwan Setiawan, kembali dinobatkan sebagai salah satu Top… Read More