Balikpapan – Suku bunga kredit usaha rakyat (KUR) yang sebesar 9% dinilai masih terlalu tinggi bagi pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Padahal pemerintah telah menurunkan bunga KUR dari awalnya 22% menjadi 9%.
Asisten Deputi Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko Perekonomian), Agus Heri Susanto mengaku, pihaknya terus mengkaji penurunan suku bunga KUR yang saat ini sudah berada di angka single digit yang diharapkan bisa menopang perkembangan UMKM.
“Suku bunga KUR yang tadinya 22% kan sekarang menjadi 9%. Tahun depan kayanya akan turun lagi mudahan-mudahan, karena kita lihat arahannya seperti itu,” ujar Heri dalam seminar yang digelar oleh Kemenko Perekonomian di Balikpapan, Rabu, 20 April 2016.
Menurutnya, penyaluran KUR sampai dengan pertengahan April 2016 ini sudah mencapai Rp32 triliun dengan total 1,3 juta debitur. Sedangkan target penyaluran KUR tahun ini dipatok sebesar Rp100-120 triliun dengan subsidi untuk menanggung selisih bunga sebesar Rp10,5 triliun. Untuk mencapai target tersebut, pemerintah menambah jumlah lembaga penyalur KUR.
“Bagaimana agar target ini tercapai, maka perlu upaya yang luar biasa. Kita menambah jumlah bank yang tadinya 7 menjadi 34 bank. Dan juga menambah Perusahaan Penjamin,” tukas Heri.
Sementara dari sisi jenis KUR yang disalurkan, jelas dia, KUR mikro dengan plafon kredit hingga Rp25 juta sudah disalurkan sebesar Rp19,98 triliun. KUR ritel dengan plafon kredit Rp25-500 juta sudah disalurkan Rp12,63 triliun dan KUR untuk tenaga kerja Indonesia (TKI) dengan plafon Rp25 juta sudah disalurkan sebesar Rp22,19 miliar.
“Tapi yang pasti nanti kedepannya akan diturunkan kembali (suku bunga KUR) menjadi single digit meski sekarang sudah single digit, tapi tanpa intervensi berlebihan. KUR ini sangat besar yang ditargetkan,” tutup Heri. (*)